SEJARAH KELUARGA PASEK DIAMBIL DALAM BUKU
BABAD PASEK
MAHAGOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI
HALAMAN. 163
SEJARAH PEMERINTAHAN
I GUSTI AGUNG PASEK GELGEL
I GUSTI SMARANATHA DAN I GUSTI PASEK GELGEL
DIANGKAT AMANCABHUMI
Raja
Çri Gajah Waktra mengangkat I Gusti Bendesa Mas sebagai Amancabhumi
selaku penguasa di daerah Mas dan sekitarnya. Pada hari Senin Umanis,
wuku Sungsang, musim tanam sasih Karo Tahun Çaka 1257 (Bulan Juli 1335).
Juga diangkat keturunan Sang Sapta Rsi lainnya, antara lain I Gusti
Smaranathadengan tugas sebagai pengeling (pengawas) Pura Penganggih
Batur Desa Gelgel. Sedangkan I Gusti Smaranatha diangkat sebagai
amancabhumi dengan abisheka Kyayi Smaranatha. Sedangkan I Gusti Pasek Gelgel diangkat Amancabhumi selaku penguasa daerah berkedudukan di Gelgel bergelas I Gusti Agung Pasek Gelgel, dengan daerah kekuasaannya yaitu Pulau Nusa Penida, Batulahak sampai ke Desa Takmung.
Pada tahun Çaka 156 (tahun 1334 M) di Majapahit terjadi Perubahan dengan diangkatnya Gajah Mada menjadi Maha Patih Hamengkubhumi. Pada suatu pesamuan agung (Rapat Besar) di Majapahit, Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada,
mengatakan bahwa dia tidak akan beristirahat apabila seluruh nusantara
belum dapat disatukan. Kata-kata beliau itulah yang kemudian disebut
Sumpah Palapa, yang menimbulkan kesalahpahaman Raja – Raja di seberang
lautan termasuk Raja Çri Gajh Waktra. Sumpah palapa ini dianggap sebagai
politik ekspansi daerah dan kekuasaan dari Raja Majapahit, sehingga
menimbulakan renggangnya hubungan antara Raja Bali dengan Majapahit.
Oleh sebab itu Raja Çri Gajah Waktra dijuliki Bedahulu. Julukan
itu diberikan karena berbeda pandangan dengan pemerintahan pusat di
Majapahit. Hal itu menyebabkan Raja Majapahit menjadi marah dan
memerintahkan Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada untuk menyerang
Kerajaan Bali. Namun pada serangan pertama, kerajaan Bali tidak dapat
ditundukkan karena kuatnya benteng pertahanan serta gigihnya rakyat bali
mempertahankan setiap jengkal daerah kerajaan Bali. Dan pada tahun Çaka
1265 (tahun 1343 M) untuk kedua kalinya kerajaan bali diserang oleh
kerajaan Majapahit, dengan mengerahkan pasukan yang cukup besar yang
dipimpin langsung oleh Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada dengan
dibantu oleh beberapa orang Arya. Dengan tipu muslihat yang digunakan
oleh Patih Gajah Mada, akhirnya kerajaan Bali dapat dikalahkan.
Sedangakan
Patih Ki Pasung Gerigis dapat ditawan, kemudian ditugaskan untuk
menyerang Kerajaan Sumbawa. Sehingga terjadi pertempuran hebat. Di dalam
perang tersebut Patih Ki Pasung Gerigis gugur bersama dengan Raja
Sumbawa. Kemudian Para Arya yang ditinggalkan di Bali, lalu diberi
jabatan untuk memerintah Bali atas jasa-jasanya telah membantu
mengalahkan Bali. Mereka antara lain adalah Arya Kuthawaringin ditempatkan di Gelgel, Arya Kenceng di Pucangan (Buahan), Arya
Belog (Arya Pudak) di Kaba-Kaba, Arya Dalancang di Kapal, Arya Sentong
di Pacung, Kryan Punta di Mambal, Kryan Jeruden di Temukti, Kryan
Tumenggung di Petemon, arya Sura Wang Bang dari Lasem di Sukanet, Arya
Melel Cengkerong di Jembarana, Arya Pamacekan di Bondalem. Sekianlah para penguasa yang ditempatkan oleh Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada.
Sedangakan
Maha Patih Kryan Gajah Mada dan sebagian pasukannya kembali ke
Majapahit, setelah dijemput oleh Arya Kuda Panolin alias Arya Kuda
Pengasih. Kemudian para Arya yang ditempatkan di Bali belum bisa
diterima sepenuhnya oleh Rakyat Bali dan mereka masih dendam dan sakit
hati akibat peperangan tersebut, dangan kata lain para Arya belum
berhasil mengusai Bali, dan rakyat Bali masih mengakui sanak saudara
dari Ki Patih Ulung sebagai pemimpin mereka. Dengan demikian daerah Bali
masih dalam kondisi Labil, serta kehidupan sehari-hari tidak teratur.
Kemudian
Ki Patih Ulung salah seorang keturunan Sang Sapta Rsi dan juga bekas
Mantri pada pemerintahan Raja Bali, tidak sampai hati meliahat keadaan
Rakyat Bali yang porak poranda akibat perang tersebut. Beliau menyadari
bagaimana perasaan Rakyat Bali Aga yang ditinggalkan oleh pemimpin
mereka yang sangat dihormati dan disegani yaitu Raja Bali Çri Gajah
Waktra yang telah gugur oleh peperangan tersebut. Ditambah lagi tidak
mampunya Arya selaku penguasa daerah mengusai situasi daerah Bali,
merupaka beban moral bagi Ki Patih Ulung bersama sanak saudaranya.
0 komentar:
Posting Komentar