Senin, 03 Juni 2013

Hemat dan Menabung Wujud Pengamalan AgamaTapah param krta yuge



Tretayam jnyanamucyate.

Dwapare yadnyaewahur.

Daanamekan kalau yuge. (Manawa Dharmasastra,I.86).



Maksudnya: Prioritas beragama zaman Kerta Yuga adalah dengan bertapa, pada zaman Treta Yuga dengan jnyana atau kesadaran budi dengan ilmu pengetahuan suci, zaman Dwapara Yuga dengan upacara yadnya dan pada zaman Kali prioritas beragama dengan melakukan daana punia.

Ada empat hal yang dianjurkan dalam mengamalkan ajaran Weda menurut Sloka Manawa Dharmasastra ini yaitu Tapa, Jnyana, Yadnya dan Daana Punia. Keempat hal itu masing-masing diberikan prioritas khusus sesuai dengan keadaan zaman. Artinya pada zaman apapun diharapkan empat hal itu dijadikan pegangan dalam mengamalkan ajaran Hindu. Hanya setiap zaman ada salah satu ajaran itu yang lebih diprioritaskan. Pada zaman Kerta prioritas beragama adalah dengan melakukan Tapa. Pada zaman Treta prioritas beragama lebih diutamakan dengan Jnyana yaitu ilmu suci tentang kesadaran Tuhan. Pada zaman Dwapara diprioritaskan dengan melakukan Upacara Yadnya. Sementara zaman Kali dengan Daana Punia. Berdasarkan ciri-ciri keadaan zaman, dewasa ini adalah zaman Kali Yuga. Prioritas beragama zaman Kali menurut Manawa Dharmasastra I.86 yang dikutip di atas adalah dengan melakukan Daana Punia. Daana Punia itu bisa dalam bentuk materi atau Sarwa Daana dan juga bisa berbentuk nonmateri atau Abhaya Daana. Dalam Sarasamuscaya 180 ada dinyatakan bahwa Abhaya Daana lebih utama daripada Sarwa Daana. Demikian juga dalam Bhagawad Gita IV.33 dinyatakan Jyana Yadnya param tapa. Artinya: Yadnya dengan ilmu pengetahuan yang paling utama. Meskipun demikian bukan berarti Tapa, Jnyana dan Yadnya itu bisa ditinggalkan. Cuma beda prioritas. Apalagi zaman modern dewasa ini untuk bisa berdaana punia tentunya tidak gampang. Karena hidup pada zaman modern ini terkenal dengan hidup biaya tinggi. Karena hidup modern disalahartikan yaitu hidup yang hedonis konsumtif, tampil dengan gengsi gede-gedean. Seharusnya hidup modern itu adalah hidup penuh analisa dengan cerdas, cermat, tetapi tetap harus bijak bermartabat. Empat cara beragama yang dianjurkan oleh Sloka tersebut di atas dapat dipadukan untuk saling menunjang. Untuk dapat berdaana Punia harus bisa hidup yang hemat dengan ajaran Tapa. Tapa artinya mengendalikan indria. Dengan Tapa itu kita bisa seimbang menggunakan artha. Dalam Sarasamuscaya 177 dan 178 ada dinyatakan batas penggunaan Artha yaitu Bhuktin dan Daana Puniakern artinya Artha itu hanya baik digunakan untuk dinikmati dan didaana-puniakan. Dinikmati untuk mensukseskan tujuan Dharma, Artha dan Kama. Dengan memadukan ajaran Tapa, Yadnya dan Daana kita bisa hidup hemat. Apalagi Canakaya Nitisastra mengajarkan juga belajar Weda tanpa Agni Hotra akan sia-sia. Upacara Yadnya tanpa Daana Punia akan sia-sia dan semuanya sia-sia tanpa Bhakti. Demikian pula dalam Wrehaspati Tattwa 25 diajarkan tujuh bentuk pengamalan Dharma. Ada Tapa, Yadnya dan Daana Punia. Dengan memadukan hal itu kita bisa hidup hemat. Dengan hemat itu kita bisa berdaana punia.

Agar bisa berdaana punia sebaiknya umat Hindu mengembangkan cara hidup hemat sebagai bentuk pengamalan ajaran Agama Hindu. Karena hal itu memang sudah diajarkan dalam berbagai pustaka suci Hindu. Selenggarakan hidup hemat itu secara bersama-sama seperti gotong royong. Hidup hemat itu dijadikan gerakan bersama sebagai bentuk pengamalan ajaran agama Hindu. Gerakan tersebut dimanajemen dalam kehidupan dunia modern. Misalnya dengan mengurangi belanja harian seribu atau lima ratus rupiah setiap hari. Setiap hari dimasukan ke kotak celengan. Yang memasukan ke celengan itu anak atau cucu yang masih kecil yang masih duduk di SD atau SMP. Hidup hemat itu dilakukan secara gotong royong beramai-ramai bersama tetangga atau anggota banjar. Setiap bulan undang bank yang disepakati untuk menabung uang hasil penghematan itu sebagai media pendidikan pada anak-anak. Hal itu untuk menanamkan paham dan manfaat hidup hemat. Hidup hemat dan menabung itu hendaknya diyakini sebagai bentuk pengamalan ajaran agama Hindu. Hidup boros berfoya-foya yang hedonis itu bertentangan dengan ajaran agama Hindu. Kalau hal ini dapat disponsori oleh mereka yang tergolong kaya, dengan hidup hemat dan menabung di bank atau lembaga keuangan lainya yang dibenarkan oleh hukum. Dengan gerakan hidup hemat dan menabung sebagai bentuk pengamalan ajaran agama Hindu maka hidup bersama yang aman, adil dan sejahtera akan dapat diwujudkan. Upacara Yadnya pun akan dapat dilakukan lebih berkualitas menuju Satvika Yadnya. Upacara Satvika Yadnya tersebut memang sangat dianjurkan dalam Bhagawad Gita XVII.11. Upacara Yadnya yang bermutu tinggi itu akan dapat memberikan vibrasi positif pada kehidupan Sekala dan Niskala. Dengan gerakan hidup hemat dan menabung sebagai bentuk pengamalan beragama Hindu akan muncul keseimbangan hidup beragama Hindu. Kerusakan alam pun akan berkurang kalau Upacara Yadnya dapat dilakukan yang Satvika Yadnya. Karena flora dan fauna yang dijadikan sarana upacara yadnya itu dapat digunakan lebih selektif dan lebih hemat. Karena tujuan penggunaan flora dan fauna atau Sarwa Prani sebagai sarana Upacara Yadnya menurut Manawa Dharmasastra V.40 adalah untuk melestarikan flora dan fauna tersebut. Kalau ada flora fauna yang sudah semakin langka justru upaya pelestarian secara langsung dan berencana dapat dilalkukan sebagai bentuk pengamalan agama Hindu. Jadinya gerakan hidup hemat dan menabung itu tidak sebatas dalam penggunaan uang tetapi dalam penggunaan sarana upacara yadnya agar tepat guna. Memelihara lingkungan alam agar tetap lestari itulah sesungguhnya tujuan pengamalan Bhuta Yadnya seperti dinyatakan dalam Sarasamuscaya 135 dan juga dalam Lontar Agastia Parwa yang menyatakan Bhuta Yadnya ngarania taur muang kapujan ring tuwuh. Bhuta Yadnya namanya mengembalikan kelestarian alam itu dengan menghormati atau mengembangkan upaya pelestarian tumbuh-tumbuhan.

0 komentar:

Posting Komentar