Senin, 12 November 2012

KAJENG KELIWON


 
HARI RAYA KAJENG KLIWON
Kajeng Kliwon is a reocccuring auspicious day for cleansing the mind and the direct environment of the house compound of negativity. At this day the Balinese Hindus meditate and pray to Siwa for support and protection with special offerings.

 

Kajeng Kliwon

Upacara Kajeng Kliwon diperingati setiap 15 hari sekali yaitu pada saat pertemuan Triwara Kajeng dengan Pancawara Kliwon. Kajeng Kliwon termasuk dalam upacara Dewa Yadnya, Dewa Yadnya sendiri mempunyai arti upacara korban suci/persembahan yang tulus ikhlaskepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan seluruh manifestasi- Nya.
Umat Hindu di Bali mempercayai Kajeng kliwon merupakan hari suci dan keramat yang harus diupacarai. Setiap 210 hari ada hari kajeng Kliwon khusus yang disebut Pemelastali atau Watugunung runtuh.
Kajeng kliwon  merupakan hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa yang diyakini pada hari tersebut Sang Hyang Siwa bersemadi. Pada hari kajeng kliwon umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen dan persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi, sedangkan di tanah, sesajen dan persembahan dihaturkan kepada Sang Bhuta Bucari, Sang Kala Bhucari dan Sang Durgha Bucari.

Sesajen yang dipersembahkan hampir sama dengan upacara kliwon yang dilakukan pada hari Kliwon biasa, hanya saja sesajen pada Kajeng Kliwon ini ditambah dengan nasi kepel lima warna, yaitu merah, putih, hitam, kuning dan coklat, beberapa bawang putih dan tuak/arak berem. pada bagian atas, di ambang pintu gerbang harus dihaturkan canang burat wangi dan canang yasa. Dengan sesajen yang dipersembahkan ini  diharapkan rumah tangga dan anggota keluarga mendapatkan keselamatan selain itu juga sebagai ungkapan rasa terima kasih atas apa yang telah diberikan Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
Umat Hindu Bali tetap taat menjalankan adat dan Tradisi agar keseimbanagn alam terus lestari.
(Artikel dari berbagai sumber)

Upacara dan upakara-upakara yang mesti dilakukan pada hari Kajeng Kliwon hampir sama dengan upakara kliwon yang rutin dilakukan pada hari kliwon.
Kajeng Kliwon sendiri termasuk dalam upacara Dewa Yadnya yang memiliki arti upacara memberikan korban suci sebagai pesembahan yang tulus dan ikhlas kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta seluruh manifestasinya. Dengan adanya pengorbanan suci itu, dipercaya bahwa sang dewa akan melindungi segenap manusia yang melakukan persembahan dan bahkan memupuknya dengan kesejahteraan.
Pemujaan Sanghyang Siwa
Upacara Kajeng Kliwon merupakan upacara pemujaan kepada Sanghyang Siwa yang dipercaya di hari tersebut sedang melakukan semedi. Umat Hindu sendiri begitu meyakini bahwa Kajeng Kliwon begitu berarti dan begitu suci sehingga dianggapnya keramat dan makanya harus dilakukan perayaan berupa upacara. Dalam setiap 210 hari sekali hari Kajeng Kliwon khusus yang disebut dengan Pemelastali atau Watugunung Runtuh.

Pada hari Kajeng Kliwon umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen dan persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi, sedangkan di tanah, sesajen dan persembahan dihaturkan kepada Sang Bhuta Bucari, Sang Kala Bhucari dan Sang Durgha Bucari.

Adapun sesajen yang diberikan hampir mirip dengan upacara kliwon yang biasa dilakukan pada hari Kliwon biasa. Yang membedakannya sesajen pada hari Kajeng Kliwon ditambahi dengan nasi kepel lima warna yakni merah, hitam, putih, kuning, dan cokelat.

Pada bagian atas, diambang pintu gerbang harus dihaturkan canang burat wangi dan canang yasa. Dengan sesajen yang dipersembahkan ini  diharapkan rumah tangga dan anggota keluarga mendapatkan keselamatan, selain itu juga sebagai ungkapan rasa terima kasih atas apa yang telah diberikan Sang Hyang Widhi.

0 komentar:

Posting Komentar