Selasa, 30 Oktober 2012

Puja Trisandya, Kramaning Sembah, dan Me-Saiban

Puja Trisandya dilaksanakan tiga kali sehari karena menurut Lontar Niti Sastra, kita sebagai penganut Hindu Sekte Siwa Sidanta memuja Matahari (Surya) sebagai keagungan dan kemahakuasaan Hyang Widhi. Matahari juga sumber energi atau sumber kehidupan.
Pemujaan itu dimulai pagi-pagi menyongsong terbitnya matahari (sekitar jam 05.30), siang hari tepat jam 12.00 ketika Bumi berada dalam posisi yang menerima panas Matahari maksimum, dan sore hari ketika matahari menjelang “tenggelam” (sekitar jam 18.30).
Trisandya terdiri dari dua kata, yaitu “Tri” artinya tiga, “Sandya” artinya sembahyang. Jadi Trisandya artinya sembahyang tiga kali sehari. Puja Trisandya diucapkan secara lengkap keenam baitnya, karena tiga bait pertama adalah puja-puji kepada Hyang Widhi, dan tiga bait terakhir adalah permohonan ampun dan kepasrahan kepada-Nya.
Bait pertama disebut Mantram Gayatri, dapat digunakan dalam waktu sempit/ penting misalnya sebelum berangkat (starter) kendaraan, ketika akan menyeberang sungai, menjelang, dan setelah kelahiran bayi, mendoakan orang sakit agar lekas sembuh, dll.
Setelah mengucapkan Puja Trisandya, sembahyang Kramaning Sembah.
Maturan sehari-hari (pagi setelah masak) disebut me-saiban. Bantennya canang sari berisi semua jenis makanan yang dimasak hari itu.
Tempat-tempat maturan saiban diatur dalam Manawa Dharmasastra Tritiyo Dhyayah sloka ke-68:

Doa Sehari-Hari Menurut Hindu

Om Swastyastu. Buku ini di-punia-kan kepada umat Hindu di mana pun berada, sebagai sebuah Jnyana-Yadnya dari kami, dengan harapan dapat digunakan di saat bersembahyang baik dalam rangka suatu upacara tertentu maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Kita mengetahui bersama bahwa pada dewasa ini umat Hindu sedang menghadapi tantangan yang cukup berat sebagai dampak pengaruh globalisasi dunia yang tidak hanya menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya, tetapi juga telah memasuki bidang spiritual.
Oleh karena itu umat Hindu, khususnya kaum muda, pelajar, dan mahasiswa perlu mempunyai pegangan yang teguh dalam ke-Hindu-an mereka, antara lain dalam mengucapkan doa, puja, dan mantra yang tepat dan benar.
Dalam hubungan itu, kami dari Lembaga Stiti Dharma, yakni sebuah LSM yang berdiri di Singaraja – Bali tanggal 16 Nopember 2005, berupaya menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk menegakkan Hindu yang kokoh di mana para pemeluknya berpegang teguh pada ajaran Trihita Karana, yakni:
  1. Memelihara bhakti yang luhur kepada Hyang Widhi.
  2. Menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama umat manusia, melimpahkan kasih sayang, dan mencintai semua mahluk di bumi.
  3. Memelihara alam dan lingkungan agar tetap lestari.

Babad Arya Tegeh Kuri

Arya Kenceng Tegeh Kuri (bukan Kori) adalah anak kandung dari Dalem (Raja). Ada dua kemungkinan ‘Dalem’, yaitu:
  1. Dalem Sri Kresna Kepakisan, raja I setelah pendudukan Majapahit, beristana di Puri Samprangan.
  2. Dalem Agra Samprangan, raja II setelah wafatnya Sri Kresna Kepakisan, juga tetap beristana di Puri Samprangan.
Ketidakjelasan tentang raja yang mana, karena:
  1. Dalam babad Arya Kenceng Tegeh Kuri tidak jelas disebutkan nama Dalem.
  2. Dalam babad Dalem, tidak pernah disebutkan bahwa kedua raja itu pernah mempunyai anak yang ‘dihadiahkan’ kepada Arya Kenceng.
Perkiraan itu muncul karena Arya Kenceng adalah salah satu panglima perang dari pasukan Gajahmada yang menaklukkan Bali di tahun 1300, jadi seangkatan dengan Dalem Sri Kresna Kepakisan, atau menjadi penglingsir Dalem berikutnya.
Anak (putra) Dalem itu dianggap bersalah karena merangkul ayahnya yang sedang duduk di balai persidangan. Oleh karena bersalah, maka anaknya di-’pecat’ sebagai anak, kemudian diberikan kepada Arya Kenceng untuk diboyong ke istananya di Buahan, Tabanan, serta diberi nama Arya Kenceng Tegeh Kuri (AKTK).
Sementara itu Arya Kenceng mempunyai anak kandung bernama Arya Ngurah Tabanan. Setelah Arya Kenceng wafat, terjadi perselisihan diantara anak kandung dan anak angkat, sehingga AKTK merantau dan akhirnya menetap di Benculuk (Tonja – Denpasar)
Suatu ketika, ATKT mempunyai anak gadis bernama Ni Gusti Ayu Mimba; gadis ini diperebutkan oleh anak Arya Ngurah Tabanan bernama Arya Pucangan, dengan rivalnya, putra Raja Menguwi.
Karena AKTK memihak Menguwi, maka puri Benculuk digempur oleh Arya Pucangan, maka disinilah berakhirnya kerajaan Benculuk.
Keturunan AKTK semuanya menyebar ke seluruh Bali.

BABAD PASEK GELGEL

SEJARAH KELUARGA PASEK DIAMBIL DALAM BUKU

BABAD PASEK
MAHAGOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI

HALAMAN. 163

SEJARAH PEMERINTAHAN
I GUSTI AGUNG PASEK GELGEL
I GUSTI SMARANATHA DAN I GUSTI PASEK GELGEL
DIANGKAT AMANCABHUMI
Raja Çri Gajah Waktra mengangkat I Gusti Bendesa Mas sebagai Amancabhumi selaku penguasa di daerah Mas dan sekitarnya. Pada hari Senin Umanis, wuku Sungsang, musim tanam sasih Karo Tahun Çaka 1257 (Bulan Juli 1335). Juga diangkat keturunan Sang Sapta Rsi lainnya, antara lain I Gusti Smaranathadengan tugas sebagai pengeling (pengawas) Pura Penganggih Batur Desa Gelgel. Sedangkan I Gusti Smaranatha diangkat sebagai amancabhumi dengan abisheka Kyayi Smaranatha. Sedangkan I Gusti Pasek Gelgel diangkat Amancabhumi selaku penguasa daerah berkedudukan di Gelgel bergelas I Gusti Agung Pasek Gelgel, dengan daerah kekuasaannya yaitu Pulau Nusa Penida, Batulahak sampai ke Desa Takmung.
Pada tahun Çaka 156 (tahun 1334 M) di Majapahit terjadi Perubahan dengan diangkatnya Gajah Mada menjadi Maha Patih Hamengkubhumi. Pada suatu pesamuan agung (Rapat Besar) di Majapahit, Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada, mengatakan bahwa dia tidak akan beristirahat apabila seluruh nusantara belum dapat disatukan. Kata-kata beliau itulah yang kemudian disebut Sumpah Palapa, yang menimbulkan kesalahpahaman Raja – Raja di seberang lautan termasuk Raja Çri Gajh Waktra. Sumpah palapa ini dianggap sebagai politik ekspansi daerah dan kekuasaan dari Raja Majapahit, sehingga menimbulakan renggangnya hubungan antara Raja Bali dengan Majapahit. Oleh sebab itu Raja Çri Gajah Waktra dijuliki Bedahulu. Julukan itu diberikan karena berbeda pandangan dengan pemerintahan pusat di Majapahit. Hal itu menyebabkan Raja Majapahit menjadi marah dan memerintahkan Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada untuk menyerang Kerajaan Bali. Namun pada serangan pertama, kerajaan Bali tidak dapat ditundukkan karena kuatnya benteng pertahanan serta gigihnya rakyat bali mempertahankan setiap jengkal daerah kerajaan Bali. Dan pada tahun Çaka 1265 (tahun 1343 M) untuk kedua kalinya kerajaan bali diserang oleh kerajaan Majapahit, dengan mengerahkan pasukan yang cukup besar yang dipimpin langsung oleh Maha Patih Hamengkubhumi Kryan Gajah Mada dengan dibantu oleh beberapa orang Arya. Dengan tipu muslihat yang digunakan oleh Patih Gajah Mada, akhirnya kerajaan Bali dapat dikalahkan.

WARGA BALI


Keunikan Bali yang lain bisa dilihat lewat bagaimana manusia Bali melakukan pembinaan kekerabatan secara lahir dan batin. Manusia Bali begitu taat untuk tetap ingat dengan asal muasal darimana dirinya berasal. Hal inilah kemudian melahirkan berbagai golongan di masyarakatnya yang kini dikenal dengan wangsa atau soroh. Begitu banyak soroh yang berkembang di Bali dan mereka memiliki tempat pemujaan keluarga secara tersendiri.
Tatanan masyarakat berdasarkan soroh ini begitu kuat menyelimuti aktivitas kehidupan manusia Bali. Mereka tetap mempertahankan untuk melestarikan silsilah yang mereka miliki. Mereka dengan seksama dan teliti tetap menyimpan berbagai prasasti yang didalamnya berisi bagaimana silsilah sebuah keluarga Bali.
Beberapa soroh yang selama ini dikenal misalnya Warga Pande, Sangging, Bhujangga Wesnawa, Pasek, Dalem Tarukan, Tegeh Kori, Pulasari, Arya, Brahmana Wangsa, Bali Aga dan lainnya. Semuanya memiliki sejarah turun-temurun yang berbeda. Meski begitu, akhirnya mereka bertemu dalam siklus keturunan yang disebut Hyang Pasupati. Begitu unik dan menarik memahami kehidupan manusia Bali dalam kaitan mempertahankan garis leluhurnya tersebut. Sebagian kehidupan ritual mereka juga diabdikan untuk kepentingan pemujaan terhadap leluhur mereka
Identifikasi Orang Bali

Suku bangsa Bali merupakan kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan budayanya, kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran tersebut, namun kebudayaan Bali mewujudkan banyak variasi serta perbedaan setempat. Agama Hindhu yang telah lama terintegrasikan ke dalam masyarakat Bali, dirasakan juga sebagai unsur yang memperkuat adanya kesadaran kesatuan tersebut.
Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindhu di berbagai daerah di Bali dalam jaman Majapahit dulu, menyebabkan ada dua bentuk masyarakat Bali, yaitu masyarakat Bali - Aga dan masyarakat Bali Majapahit.
Masyarakat Bali Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa - Hindhu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri. Orang Bali Aga pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan seperti Sembiran, Cempaga Sidatapa, pedawa, Tiga was, di Kabupaten Buleleng dan desa tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. Orang Bali Majapahit yang pada umumnya diam didaerah-daerah dataran merupakan bagian yang paling besar dari penduduk Bali.
Pulau Bali yang luasnya 5808,8 Km2 dibelah dua oleh suatu pegunungan yang membujur dari barat ke timur, sehingga membentuk dataran yang agak sempit. di sebelah utara., dan dataran yang lebih besar disebelah selatan. Pegunungan tersebut yang sebagian besar masih tertutup oleh hutan rimba, mempunyai arti yang penting dalam pandangan hidup dan kepercayaan penduduk. di wilayah pegunungan itulah terletak Kuil-kuil (pura) yang dianggap suci oleh orang Bali, seperti Pura Pulaki, Pura Batukaru, dan yang terutama sekali Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung.
Sedangkan arah membujur dari gunung tersebut telah menyebabkan penunjukan arah yang berbeda untuk orang Bali utara dan Orang Bali selatan. Dalam Bahasa Bali, kaja berarti ke gunung, dan kelod berarti ke laut. Untuk orang Bali Utara kaja berarti selatan, sedangkan untuk orang Bali selatan kaja berarti utara. Sebaliknya kelod untuk orang Bali utara berarti utara, dan untuk orang bali selatan berarti selatan. Perbedaan ini tidak saja tampak dalam penunjukan arah dalam bahasa Bali, tapi juga dalam aspek kesenian dan juga sedikit aspek bahasa. Konsep kaja kelod itu nampak juga dalam kehidupan sehari-hari, dalam upacara agama, letak susunan bangunan-bangunan rumah kuil dan sebagainya.
Bahasa Bali termasuk keluarga bahasa Indonesia. Dilihat dari sudut perbendaharaan kata dan strukturnya, maka bahsa Bali tak jauh berbeda dari bahsa Indonesia lainnya. Peninggalan prasasti zaman kuno menunjukkan adanya adanya suatu bahasa Bali kuno yang berbeda dari bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali kuno tersebut disamping banyak mengandung bahsa Sansekrta, pada masa kemudiannya juga terpengaruh oleh bahasa Jawa Kuno dari jaman Majapahit, ialah jaman waktu pengaruh Jawa besar sekali kepada kebudayaan Bali. Bahasa Bali mengenal juga apa yang disebut "perbendaharaan kata-kata hormat", walaupun tidak sebanyak perbendaharaan dalam bahasa Jawa. Bahasa hormat (bahasa halus) dipakai kalau berbicara dengan orang-orang tua atau tinggi. Di Bali juga berkembang kesusasteraan lisan dan tertulis baik dalam bentuik puisi maupun prosa. Disamping itu sampai saat ini di bali didapati juga sejumlah hasil kesusasteraan Jawa Kuno (kawi) dalam bentuk prosa maupun puisi yang dibawa ke Bali tatkala Bali di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit.

Babad Pulasari / Dalem Tarukan

Mudah-mudahan tiada halangan! Permohonan maaf hamba ke hadapan arwah para leluhur yang disemayamkan dalam wujud Ongkara dan selalu dipuja dengan hati suci. Dengan memuja dan memuji kebesaran Sanghyang Siwa semoga penulis terhindar dari segala kutukan, derita, cemar, duka-nestapa, dan halangan lainnya. Mudah-mudahan tujuan hamba yang suci ini berhasil serta bebas dari dosa-dosa karena menguraikan cerita leluhur di masa lampau, semoga direstui sehingga mendapat kejayaan, keselamatan, keabadian, panjang usia, sampai dengan seluruh keluarga turun temurun.
Baiklah kisah ini saya mulai:
Majapahit yang dipimpin Raja Putri: Sri Ratu Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwardhani bersama Patih Agung: Gajah Mada berhasil menguasai Kerajaan Bali Aga yang dipimpin oleh Raja: Paduka Bathara Sri Asta Asura Ratna Bumi Banten (dikenal dengan nama: Bedahulu) dengan Patih: Ki Pasung Grigis dan Ki Kebo Iwa, pada tahun 1343 M atau isaka 1265.
Pimpinan Pemerintahan sementara diserahkan kepada Mpu Jiwaksara yang kemudian bergelar Ki Patih Wulung. Beliau menempatkan pusat Pemerintahan di Gelgel. Walaupun Bali sudah dikalahkan Majapahit, tidak berarti rakyat dan tokoh-tokoh militer Bali Aga sudah menyerah.

Bisama Kesucian Pura

Seperti kita ketahui, pura Kahyangan Jagat dibagi menjadi empat jenis yaitu Pura Kahyangan Jagat yang didirikan berdasarkan konsepsi Rwa Bhineda, Catur Loka Pala, Sad Winayaka dan Padma Bhuwana. Ada beberapa pura yang tergolong berfungsi rangkap, baik sebagai pura Rwa Bhineda, pura Catur Loka Pala maupun sebagai pura Sad Winayaka dan juga sebagai pura Padma Bhuwana. Pura Besakih dan Pura Batur di Kintamani adalah pura yang tergolong pura Rwa Bhineda. Pura Catur Loka Pala adalah Pura Lempuhyang Luhur di arah timur Bali, Pura Luhur Batukaru arah barat, Pura Andakasa arah selatan dan Pura Puncak Mangu arah utara.
Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Sad Winayaka ini umumnya disebut Pura Sad Kahyangan. Tidak kurang dari sembilan lontar menyatakan adanya Pura Sad Kahyangan. Namun setiap lontar menyatakan pura yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena saat Bali menjadi sembilan kerajaan. Tiap-tiap kerajaan memiliki Sad Kahyangan masing-masing. Ada yang sama dan ada juga yang tidak sama.
Pura Sad Kahyangan yang dinyatakan dalam Lontar Kusuma Dewa itu adalah Sad Kahyangan saat Bali masih satu kerajaan. Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu pura yang dinyatakan sebagai Pura Sad Kahyangan dalam Lontar Kusuma Dewa dan juga beberapa lontar lainnya. Pura Luhur Uluwatu itu juga dinyatakan sebagai pura Padma Bhuwana yang berada di arah barat daya Pulau Bali.

Daftar Pura Menurut Abjad

Dibandingkan dengan jumlah aslinya, daftar di bawah ini tidak sampai seperseribunya. Di luar pura yang dimiliki tiap keluarga, jumlah pura yang pernah terdaftar pada awal milenium ketiga ini adalah 12.611 buah pura. Ini terdiri dari 18 Pura Kahyangan Jagat, 930 Pura Dang Kahyangan, 7.661 Pura Kahyangan Tiga, dan selebihnya adalah Pura Kawitan, Pura Paibon, Pura Padadyaan.
Lis di bawah ini tidak terkategori. Jenis dan kelasnya acak, hanya diurutkan menurut abjad. Tujuannya adalah memancing kepedulian semeton Bali untuk memperkenalkan tempatnya berbakti, kepada khalayak. Bakti kita adalah kebanggaan kita, karena rasa kedekatan kita dengan Ida Hyang Widi adalah permata yang paling berharga.
Sebagian dari informasi di bawah ini adalah hasil suntingan dari media lain, terutama Bali Post. Untuk itu kami sampaikan terimakasih kepada Bali Post, sebagai perpanjangan tangan dari PHDI untuk menyiarkan informasi yang sangat penting ini. Silakan menyunting juga kalau perlu. Tetapi tidak semua informasi ini bersifat memberi. Sebagian lagi justru meminta. Apabila ada di antara semeton babadbali.com yang mengetahui lebih jauh tentang sesuatu pura, baik yang telah tersaji di sini mau pun yang belum, mohon kesediaannya berbagi. Kirimkan kepada babadbali.com, agar bisa diteruskan lagi ke khalayak di seluruh dunia.
  1. Pura Amertasari
  2. Pura Andakasa
  3. Pura Ayu Semuing - Tatag Taro
  4. Pura Bale Banjar Kadewatan
  5. Pura Balingkang
  6. Pura Batu Kurung dan Pura Subak Babakan
  7. Pura Batukaru
  8. Pura Batur Taman Koripan
  9. Pura Bale Agung - Desa Pakraman Catur
  10. Pura Bale Agung Desa Adat Pakraman Katung
  11. Pura Bale Agung - Banjar Pilan
  12. Pura Bangun Sakti Besakih
  13. Pura Banua Kawan Besakih
  14. Pura Basukihan Besakih
  15. Pura Batu Madeg Besakih
  16. Pura Besakih
  17. Pura Bukit Darma
  18. Pura Bukit Jati
  19. Pura Bukit Mentik
  20. Pura Bukit Sari Sangeh
  21. Pura Bukit Sinunggal
  22. Pura Buwit
  23. Pura Candi Gumuk Kancil
  24. Pura Catur Kandapat Sari
  25. Pura Dadia Paragotra Pulasari
  26. Pura Dadia Pasek Gelgel - Juwet
  27. Pura Dalem
  28. Pura Dalem Banua - Kintamani
  29. Pura Dalem Beten Nyuh - Peguyangan
  30. Pura Dalem Bija - Mambal
  31. Pura Dalem Delod Blumbang - Kendran
  32. Pura Dalem Desa Adat Pilan
  33. Pura Dalem Gde Dasar - Kadewatan
  34. Pura Dalem Gde Samuan
  35. Pura Dalem Juwet
  36. Pura Dalem Kahyangan Anggungan
  37. Pura Dalem Kahyangan Desa Adat Gerana
  38. Pura Dalem Kahyangan Tiga Banjar Ponggang
  39. Pura Dalem Katung
  40. Pura Dalem Merta
  41. Pura Dalem Mungsengan
  42. Pura Dalem Pandawa
  43. Pura Dalem Pande di Banjar Sekarmukti
  44. Pura Dalem Pemaksan Moning Banjar Tegal Gerana
  45. Pura Dalem Penataran Mundeh
  46. Pura Dalem Penataran Pande Payangan
  47. Pura Dalem Pingit Payangan
  48. Pura Dalem Pingit Taro
  49. Pura Dalem Puri Besakih
  50. Pura Dalem Puri Puser Jagat Sobangan
  51. Pura Dalem Sakti - Banjar Tegal Gerana
  52. Pura Dalem Sangut Carangsari
  53. Pura Dalem Sari, Pura Puseh dan Pura Desa Banjar Batulumbang
  54. Pura Dalem Sekar Alit Sigaran
  55. Pura Dalem Sigaran
  56. Pura Dalem Simpangan Taro
  57. Pura Dalem Solo
  58. Pura Dalem Sukun Benaya
  59. Pura Dalem Sukun Saren
  60. Pura Dalem Surya
  61. Pura Dalem Swargan Kadewatan
  62. Pura Dalem Tunon
  63. Pura Dasar Buana - Gelgel
  64. Pura Desa
  65. Pura Desa Bungaya
  66. Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Samuan
  67. Pura Desa lan Puseh Pura Dalem Alit lan Pura Penataran Banjar Tanggayuda
  68. Pura Desa Puseh
  69. Pura Desa Puseh Anggungan
  70. Pura Desa Puseh Juwet
  71. Pura Dugul, Pura Bingin, Pura Masceti Payangan
  72. Pura Dukuh Sakti Besakih
  73. Pura Erjeruk
  74. Pura Gambur Anglayang
  75. Pura Gelap Besakih
  76. Pura Geriya Tanah Kilap - Gelogor Carik - Denpasar
  77. Pura Gde Gunung Liligundi
  78. Pura Gua Besakih
  79. Pura Gua Gajah
  80. Pura Gua Giri Putri
  81. Pura Gua Lawah
  82. Pura Gunung Kawi Sebatu
  83. Pura Gunung Raung Taro
  84. Pura Hyang Aluh Besakih
  85. Pura Hyang Api Payangan
  86. Pura Hyang Api Samuan Kangin
  87. Pura Indrakila
  88. Pura Jati
  89. Pura Jenggala Besakih
  90. Pura Kancing Gumi
  91. Pura Luhur Pucak Gegelang - Nungnung
  92. Pura Kahyangan Banjar Gerana
  93. Pura Kahyangan Desa Banjar Tegal Gerana
  94. Pura Kahyangan Desa Puseh Tegal Gerana
  95. Pura Kahyangan Puseh Banjar Tatag - Taro
  96. Pura Kentel Gumi
  97. Pura Kertakawat
  98. Pura Kiduling Kreteg Besakih
  99. Pura Lempuyang Luhur
  100. Pura Luhur Kancing Gumi
  101. Pura Majapahit Bongkasa
  102. Pura Maksan Sakenan
  103. Pura Mandara Giri Semeru Agung
  104. Pura Manik Galih Samuan
  105. Pura Manik Mas Besakih
  106. Pura Masceti
  107. Pura Masceti Delod Blumbang
  108. Pura Masceti Kadewatan
  109. Pura Maspait Kepuh
  110. Pura Melanting
  111. Pura Melanting Desa Pakraman Tatag Taro
  112. Pura Melanting Juwet
  113. Pura Melanting Kadewatan
  114. Pura Merajan
  115. Pura Merajan Ageng Pan Rawi
  116. Pura Merajan Agung Mangku Bukit
  117. Pura Merajan Agung Panca Sanak Sapta Murti
  118. Pura Merajan Catur Kandapat
  119. Pura Merajan Geria Pande Pohmanis
  120. Pura Merajan Jro Sedang
  121. Pura Merajan Kanginan Besakih
  122. Pura Merajan Mangku Dalem Sukun - Saren
  123. Pura Merajan Pak Keriana
  124. Pura Merajan Selonding Besakih
  125. Pura Mrajapati Banjar Mungsengan
  126. Pura Natar Sari Apuan
  127. Pura Pabean
  128. Pura Padadyaan Mendala - Bondalem
  129. Pura Padedekan Sedang - Abiansemal
  130. Pura Padarman Besakih
  131. Pura Paku Aji - Sigaran
  132. Pura Pangukur Ukuran
  133. Pura Panti Dalem Merta
  134. Pura Panti Kedaton
  135. Pura Panti Mayun Pulasari
  136. Pura Panti Pesamuhan Agung Pasung Gerigis
  137. Pura Panulisan
  138. Pura Pasar Agung - Munduk
  139. Pura Payogan Agung Kutai
  140. Pura Pebini - Catur
  141. Pura Pemaksan Dalem Suci
  142. Pura Penataran Abian Ponggang
  143. Pura Penataran Agung Besakih
  144. Pura Penataran Kahyangan Dalem Tatag Taro
  145. Pura Penataran Lumbung
  146. Pura Penataran Pande Besakih
  147. Pura Penataran Peed
  148. Pura Penataran Puser Tasik ring Munduk
  149. Pura Penataran Sari - Banua
  150. Pura Penataran Sari - Petang
  151. Pura Penataran Sasih
  152. Pura Penegil Darma
  153. Pura Pengatag dan Pengangon - Pilan
  154. Pura Pengubengan Besakih
  155. Pura Pesamuan Tiga - Samuan
  156. Pura Pesimpangan Besakih
  157. Pura Ponjok Batu
  158. Pura Poten Gunung Bromo
  159. Pura Prajapati
  160. Pura Prajapati Juwet
  161. Pura Prajapati Kadewatan
  162. Pura Pucak Antap Sai
  163. Pura Pucak Batur - Batulumbang
  164. Pura Pucak Geni
  165. Pura Pucak Mangu
  166. Pura Pucak Sari - Pilan
  167. Pura Pucak Sari Nadi - Tatag Taro
  168. Pura Pucak Swargan - Kadewatan
  169. Pura Pucak Tegeh - Pilan
  170. Pura Pulaki
  171. Pura Pulu Sari - Munduk
  172. Pura Puseh Bale Agung - Banua
  173. Pura Puseh Bale Agung - Br. Bedil
  174. Pura Puseh Bale Agung - Br. Blumbang
  175. Pura Puseh Bale Agung Ponggang
  176. Pura Puseh Blatungan Katung
  177. Pura Puseh Desa
  178. Pura Puseh Desa Adat Lawak
  179. Pura Puseh Desa Adat Pilan
  180. Pura Puseh Desa Kadewatan
  181. Pura Puseh Desa Melinggih
  182. Pura Pusering Jagat
  183. Pura Rambut Siwi
  184. Pura Sakenan
  185. Pura Samuan Tiga
  186. Pura Segara Rupek
  187. Pura Selukat
  188. Pura Serijong
  189. Pura Silayukti
  190. Pura Taman Ayun
  191. Pura Taman Sari Subak Lungsiakan
  192. Pura Tamba Waras
  193. Pura Tambangan Badung
  194. Pura Tanah Lot
  195. Pura Tegal Suci Kadewatan
  196. Pura Telaga Baos
  197. Pura Terate Bang
  198. Pura Tirta Besakih
  199. Pura Tirta Empul
  200. Pura Ulun Danu Batur
  201. Pura Ulun Kulkul Besakih
  202. Pura Ulun Suwi - Subak Pasekan Kaja
  203. Pura Uluwatu
  204. Pura Watu Klotok
  205. Pura Wilayah Besakih
  206. Pura Wilayah Juwet
  207. Pura Wilayah Samuan
  208. Pura Wilayah Tatag Taro

Koleksi Denah Pura

Daftar Pura Dengan Denah - Menurut Abjad
 
  1. Pura Andakasa
  2. Pura Ayu Semuing - Tatag Taro
  3. Pura Bale Banjar Kadewatan
  4. Pura Batu Kurung dan Pura Subak Babakan
  5. Pura Bale Agung - Desa Pakraman Catur
  6. Pura Bale Agung Desa Adat Pakraman Katung
  7. Pura Bale Agung - Banjar Pilan
  8. Pura Bangun Sakti Besakih
  9. Pura Banua Kawan Besakih
  10. Pura Basukihan Besakih
  11. Pura Batu Madeg Besakih
  12. Pura Batur Taman Koripan
  13. Pura Besakih
  14. Pura Bukit Mentik
  15. Pura Catur Kandapat Sari
  16. Pura Dadia Paragotra Pulasari
  17. Pura Dadia Pasek Gelgel Juwet
  18. Pura Dalem Banua - Kintamani
  19. Pura Dalem Beten Nyuh - Peguyangan
  20. Pura Dalem Bija - Mambal
  21. Pura Dalem Delod Blumbang - Kendran
  22. Pura Dalem Desa Adat Pilan
  23. Pura Dalem Gde Dasar - Kadewatan
  24. Pura Dalem Gde Samuan
  25. Pura Dalem Juwet
  26. Pura Dalem Kahyangan Anggungan
  27. Pura Dalem Kahyangan Desa Adat Gerana
  28. Pura Dalem Kahyangan Tiga Banjar Ponggang
  29. Pura Dalem Katung
  30. Pura Dalem Merta
  31. Pura Dalem Mungsengan
  32. Pura Dalem Pande di Banjar Sekarmukti
  33. Pura Dalem Pemaksan Moning Banjar Tegal Gerana
  34. Pura Dalem Penataran Pande Payangan
  35. Pura Dalem Penataran Mundeh
  36. Pura Dalem Pingit Payangan
  37. Pura Dalem Pingit Taro
  38. Pura Dalem Puri Besakih
  39. Pura Dalem Puri Puser Jagat Sobangan
  40. Pura Dalem Sakti - Banjar Tegal Gerana
  41. Pura Dalem Sangut Carangsari
  42. Pura Dalem Sari, Pura Puseh dan Pura Desa Banjar Batulumbang
  43. Pura Dalem Sekar Alit Sigaran
  44. Pura Dalem Sigaran
  45. Pura Dalem Simpangan Taro
  46. Pura Dalem Solo
  47. Pura Dalem Standard
  48. Pura Dalem Sukun Benaya
  49. Pura Dalem Sukun Saren
  50. Pura Dalem Surya
  51. Pura Dalem Swargan Kadewatan
  52. Pura Dalem Tunon
  53. Pura Dasar Buana - Gelgel
  54. Pura Desa Bungaya
  55. Pura Desa Puseh Anggungan
  56. Pura Desa Puseh Juwet
  57. Pura Desa Puseh Standard
  58. Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Samuan
  59. Pura Desa lan Puseh, Pura Dalem Alit lan Pura Penataran Banjar Tanggayuda
  60. Pura Desa Standard
  61. Pura Dugul, Pura Bingin, Pura Masceti Payangan
  62. Pura Gelap Besakih
  63. Pura Geriya Tanah Kilap - Gelogor Carik - Denpasar
  64. Pura Gde Gunung Liligundi
  65. Pura Gua Besakih
  66. Pura Gunung Kawi Sebatu
  67. Pura Gunung Raung Taro
  68. Pura Hyang Aluh Besakih
  69. Pura Hyang Api Payangan
  70. Pura Hyang Api Samuan Kangin
  71. Pura Jenggala Besakih
  72. Pura Luhur Pucak Gegelang - Nungnung
  73. Pura Kahyangan Banjar Gerana - Sangeh
  74. Pura Kahyangan Desa banjar Tegal Gerana
  75. Pura Kahyangan Pura Desa lan Pura Puseh banjar Tegal Gerana
  76. Pura Kahyangan Puseh Banjar Tatag - Taro
  77. Pura Kiduling Kreteg Besakih
  78. Pura Luhur Kancing Gumi
  79. Pura Majapahit Bongkasa
  80. Pura Maksan Sakenan
  81. Pura Manik Galih Samuan
  82. Pura Manik Mas Besakih
  83. Pura Masceti Delod Blumbang
  84. Pura Masceti Kadewatan
  85. Pura Maspait Kepuh
  86. Pura Melanting Desa Pakraman Tatag Taro
  87. Pura Melanting Juwet
  88. Pura Melanting Kadewatan
  89. Pura Merajan Ageng Pan Rawi
  90. Pura Merajan Agung Mangku Bukit
  91. Pura Merajan Agung Panca Sanak Sapta Murti
  92. Pura Merajan Catur Kandapat Sari
  93. Pura Merajan Geria Pande Pohmanis
  94. Pura Merajan Jro Sedang
  95. Pura Merajan Kanginan Besakih
  96. Pura Merajan Mangku Dalem Sukun - Saren
  97. Pura Merajan Pak Keriana
  98. Pura Merajan Selonding Besakih
  99. Pura Mrajapati Banjar Mungsengan
  100. Pura Padadyaan Mendala - Bondalem
  101. Pura Padedekan Sedang - Abiansemal
  102. Pura Padarman Besakih
  103. Pura Paku Aji - Sigaran
  104. Pura Panti Dalem Merta
  105. Pura Panti Kedaton
  106. Pura Panti Mayun Pulasari
  107. Pura Panti Pesamuhan Agung Arya Pasung Gerigis
  108. Pura Pasar Agung - Munduk
  109. Pura Pebini - Catur
  110. Pura Pemaksan Dalem Suci
  111. Pura Penataran lan Kahyangan Dalem Tatag Taro
  112. Pura Penataran Agung Besakih
  113. Pura Penataran Lumbung
  114. Pura Penataran Pande Besakih
  115. Pura Penataran Peed
  116. Pura Penataran Puser Tasik ring Munduk Biyu Tasak
  117. Pura Penataran Sari - Banua
  118. Pura Penataran Sari - Petang
  119. Pura Pengatag dan Pengangon - Pilan
  120. Pura Pengubengan Besakih
  121. Pura Pesamuan Tiga - Samuan
  122. Pura Pesimpangan Besakih
  123. Pura Prajapati Juwet
  124. Pura Prajapati Kadewatan
  125. Pura Pucak Batur - Batulumbang
  126. Pura Pucak Mangu
  127. Pura Pucak Sari - Pilan
  128. Pura Pucak Sari Nadi - Tatag Taro
  129. Pura Pucak Swargan - Kadewatan
  130. Pura Pucak Tegeh - Pilan
  131. Pura Pulu Sari - Munduk
  132. Pura Puseh Bale Agung - Banua
  133. Pura Puseh Bale Agung - Br. Bedil
  134. Pura Puseh Bale Agung - Br. Blumbang
  135. Pura Puseh Bale Agung dan Penataran Abian Ponggang
  136. Pura Puseh Blatungan Katung
  137. Pura Puseh Desa Adat Lawak
  138. Pura Puseh Desa Adat Pilan
  139. Pura Puseh Desa Kadewatan
  140. Pura Puseh Desa Melinggih
  141. Pura Puseh Desa Standar
  142. Pura Samuan Tiga
  143. Pura Taman Ayun
  144. Pura Taman Sari Subak Lungsiakan
  145. Pura Tegal Suci Kadewatan
  146. Pura Telaga Baos
  147. Pura Tirta Besakih
  148. Pura Ulun Kulkul Besakih
  149. Pura Ulunsuwi - Subak Pasekan Kaja
  150. Pura Wilayah Besakih
  151. Pura Wilayah Juwet
  152. Pura Wilayah Samuan
  153. Pura Wilayah Tatag Taro

Pura Swagina

Pura pura ini dikelompokkan berdasarkan fungsinya sehingga sering disebut pura fungsional. Pemuja dari pura-pura ini disatukan oleh kesamaan di dalam kekaryaan atau di dalam mata pencaharian seperti; untuk para pedagang adalah Pura Melanting, para petani dengan Pura Subak, Pura Ulunsuwi, Pura Bedugul, dan Pura Uluncarik.
Masih banyak lagi pura swagina seperti yang terdapat di hotel hotel, perkantoran pemerintah maupun swasta.
Pura Pertanian
Pura Watu Klotok
Pura Erjeruk
Pura Masceti Medahan
Pura Masceti Kadewatan
Pura Tamansari - Subak Lungsiakan
Pura Ulunsuwi - Subak Pasekan Kaja
Pura Perdagangan
Pura Melanting Pulaki
Pura Pabean
Pura Melanting Kadewatan
Pura Penegakan Hukum (keadilan) Pura Kerta Kawat
Pura Peternakan Pura Pucak Rare Angon
Pura Umum  

Pura Kahyangan Tiga

Pembahasan lebih mendalam tentang Pura Kahyangan Tiga disampaikan oleh Bapak Prof. Drs. I Gusti Gde Ardana. Di Bawah ini adalah contoh berbagai macam pura dari berbagai lokasi dengan kekhasannya masing-masing


 
Pura Desa Pura Desa atau Pura Baleagung adalah tempat pemujaan Tuhan dalam prabawanya sebagai Brahma sang pencipta (Utpati).
Pura Desa Baku
Pura Desa Adat Bungaya - Akah
Pura Bale Banjar - Kadewatan
Pura Bale Agung - Desa Pakraman Catur
Pura Bale Agung - Desa Pakraman Katung
Pura Bale Agung - Br. Pilan
Pura Puseh Pura Puseh dan atau Pura Segara, tempat pemujaan Tuhan dalam prabawanya sebagai Wisnu sang pemelihara (Sthiti).
Pura Puseh Baku
Pura Puseh - desa adat Pilan
Pura Puseh - desa adat Lawak

Pura Kahyangan Jagat

Sesuai arti harafiahnya, Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang universal. Seluruh umat ciptaan Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Pura Kahyangan Jagat tersebar di seluruh dunia. Di Bali karena berkaitan dengan sejarah yang berusia panjang, pura Kahyangan Jagat digolong-golongkan dengan beberapa kerangka (konsepsi). Misalnya kerangka Rwa Bineda, kerangka Catur Loka Pala dan sebagainya. Semoga sebanyak mungkin pura Kahyangan dapat dicatat di babadbali.com, baik yang tercakup dalam kerangka-kerangka mau pun yang tidak.
Umumnya, yang kita sebut dengan jagat, sesuai dengan pengertian leluhur kita adalah Bali. Padahal kini kebanyakan dari kita berpandangan jagat adalah dunia, bahkan ada yang langsung berasumsi bahwa jagat adalah kawasan semesta, lengkap dengan seluruh konstelasi bintang, nebula, komet sampai lubang hitam.
Marilah kita mulai berpikir lebih luas. Bayangkan bahwa Kahyangan Jagat dalam Hindu nanti akan mencakup pura Mandara Giri Semeru Agung di Senduro, Pura Luhur Poten di Bromo, Pura Jagatkerta Gunung Salak di Tamansari, juga Pura Payogan Agung Kutai di Kalimantan, bahkan pura agung Santi Buana di Belgia.

Tirta Yatra ke Pulaki

Tirta Yatra ke Nusa Penida

Persiapan Kembali ke atas

Perbekalan yang perlu dipersiapkan adalah:
  • Sarana persembahyangan berupa Canang, Kewangen, Dupa atau Wangi wangian, Banten Pejati dan jangan lupa membawa korek api untuk menyulut dupa. Paling sedikit ada 4 tempat di mana kita akan bersimpuh berserah diri, mungkin tidak dapat secara keseluruhan sekaligus. Silakan menentukan yang paling berkenan di hati, mudah-mudahan uraian ini menolong anda menentukan sekala prioritasnya.

  • Konsumsi jika diperlukan, misalnya air mineral, atau cukup prasadam dari Banten Pejati.

  • Alas kaki sebaiknya sepatu sandal yang kuat dan tahan air. Sandal saja tidak menjamin tetap setia melekat di kaki pada saat dibawa mencebur ke laut menuju perahu atau turun dari perahu. Kalau harus berkacamata, pasangkan kalung pengaman pada tangkainya. Kalau perlu bungkuslah dahulu dompet anda dengan kantung plastik sebelum masuk ke saku.

Aneka Banten


Om Swastyastu,
Kekayaan budaya Bali yang tiada tertandingi di dunia adalah aneka ragam hasil karya untuk menunjukkan cinta, hasrat dan hormat kepada Ida Hyang Widhi Wasa. Hasil karya ini tentu saja memerlukan keahlian, selera keindahan dan pengertian yang mendalam mengenai makna di balik simbol- simbol itu. Demikianlah cara leluhur mengajari orang Bali bagaimana mencintai Tuhan melalui karya indah yang penuh filsafat dan pengabdian. Oleh karena itu menyiapkan sesajen dilakukan bersama- sama lintas generasi. Yang tua mengajari yang muda, mengkritik, memberi saran, memberi nasehat, membimbing dan banyak lagi interaksi sosial dan spiritual yang terjadi dalam kegiatan ini. Indahnya Bali, eloknya budayanya dan kentalnya nuansa keindahan cinta, hormat dan bakti kepada Tuhan, kepada sesama, dan kepada lingkungan alam semesta.
Om Shanti, Shanti, Shanti... Om...
(Kelian Kelir)

1 Banten Upacara Dewa Yadnya
2 Banten Upacara Pitra Yadnya
3 Banten Upacara Manusa Yadnya
4 Banten Upacara Resi Yadnya
5 Banten Upacara Bhuta Yadnya
 Banten, sesuai dengan hakekatnya, sebagai sarana komunikasi spiritual, tentu saja terikat oleh Desa, Kala, Patra. Beberapa macam bebantenan dan unsur- unsur dalam website ini hanya petunjuk untuk meluaskan pengetahuan saja, yang dapat saja diubah dengan alasan yang jauh lebih luhur nilainya. Kalau yang diinginkan adalah ketentuan, maka mohon mencari informasi dari pemuka adat atau pemuka agama setempat.

 Mengenal macam istilah dan bentuk bebantenan yang umum.

Babad Manik Angkeran V

Kyai Anglurah Made Sakti Di Jenggala Bija

Diceritakan sekarang Kyai Anglurah Made Sakti, tidak mengikuti kakaknya, berpindah tempat dari desa Tulikup menuju Jenggalabija diiringi oleh rakyat lengkap dengan bawaannya. Jenggala Bija itu dekat dengan tempat kediaman I Dewa Karang yang dipakai menantu di wilayah Mambal.
Kyai Anglurah Made Sakti sudah memiliki Puri di Jenggalabija, sampai kepada rakyatnya sudah memiliki perumahan sesuai dengan keadaan pedesaan yang sudah ada.
Kyai Ngurah Made Sakti benar - benar bijak memegang kekuasaan, beliau ahli dalam sastra, serta senang melaksanakan dewaseraya berbhakti kepada Ida Hyang Widhi dan Bhatara semua. Ppada saat itu ada anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi pada hari Selasa Kliwon - Anggara Kasih, bulan Bali yang kesembilan - Kesanga di tengah malam, Kyai Ngurah Made melakukan upaacara persembahyangan di hutan ladang Bun, di sebelah timur Desa Pengumpian. Sesudah sampai di tepi hutan itu, dilihat ada asap tegak berdiri putih seakan - akan sampai di angkasa. Tempat itu kemudian dicari oleh Kyai Ngurah Made, sesampai di tempat itu, layaknya sebagai bun - pohon merambat dilihat oleh beliau asap yang berdiri tegak itu, seperti aneh rasanya dan juga menakutkan. Ketika hilang asap itu, kembali perasaan beliau Ida Kyai Anglurah Made Sakti seperti sediakala, kemudian menaiki timbunan bun itu. Sesudah sampai di puncak, kira - kira ada 80 depa, kemudian ada sabda terdengar dari angkasa :

Babad Manik Angkeran IV

Anglurah Pinatih Rsi Menyunting Ida Ayu Puniyawati
Dikisahkan sekarang Ida Bang Panataran, putra Ida Wang Bang Tulus Dewa, bertempat tinggal di Bukcabe Besakih bersama adik sepupunya yang bernama Ida Bang Kajakauh atau Ida Bang Wayabiya.
Diceriterakan Ida Bang Panataran, mempunyai seorang putri bernama Ida Ayu Punyawati, cantik tanpa tanding seperti bidadari layaknya, bahkan seperti Sanghyang Cita Rasmin yang menjelma. Banyak para penguasa dan pejabat yang melamar, namun tidak diberi.
Karena sudah terkenal di seluruh pelosok negeri tentang kerupawanan beliau Ida Ayu Punyawati, maka hal ini didengar juga oleh Kyai Anglurah Agung Pinatih Rsi di Puri Kerthalangu, Badung. Kemudian Kyai Anglurah Agung Pinatih Rsi mengirim utusan untuk melamar Ida Ayu Punyawati.
Yang ditugaskan untuk melamar Ida Ayu Punyawati, adalah adik disertai para kemenakan beliau yang bernama I Gusti Gde Tembuku, I Gusti Putu Pahang, I Gusti Jumpahi. Itulah keponakan yang diutus, bagaikan Baladewa Kresna dan Arjuna, demikian kalau diperumpamakan, diiringi oleh bala rakyat yang jumlahnya cukup banyak mengiringkan.
Tidak diceriterakan di tengah jalan, akhirnya sampailah di Geria Ida Bang Sidemen Penataran kemudian melakukan pembicaraan. Prihal lamaran itu diajukan seperti ini :
?Inggih Ratu Sang Bang, kami datang kemari hanyalah utusan dari Ki Arya Bang Pinatih, yang beristana di Kerthalangu kawasan Badung, yang merupakan paman kami, yang bermaksud untuk melamar puteri palungguh I Ratu akan dijadikan permaisuri?.

Babad Manik Angkeran III

IDA BANG MANIK ANGKERAN
BERJUMPA KI DUKUH MURTHI

Diceriterakan sekarang, pada suatu hari. Ida Sang Pendeta Danghyang Bang Manik Angkeran berjalan menuju ke arah Barat Laut, ke arah tempat kediaman Ki Dukuh Murthi. Tidak diceriterakan di jalan, sampailah beliau di hutan Jehem, kemudian, menuju Padukuhan, dan berjumpa dengan Ki Dukuh Murthi. Keduanya kemudian berbincang-bincang mengenai mertua Sang Pendeta yakni Ki Dukuh Belatung yang sudah moksa. Ki Dukuh Murthi memang bersaudara dengan Ki Dukuh Belatung. Pada saat itu Ki Dukuh Murthi memiliki seorang anak wanita yang sangat cantik bernama Ni Luh Canting. Putrinya itu dipersembahkan oleh Ki Dukuh kepada Sang Pendeta, sebagai haturan utama yang tulus ikhlas, bukti besar bhaktinya Sang Dukuh kepada Sang Pendeta, sebagai pengikat hingga kelak di kemudian hari. Beliau Sang Pendeta sangat mencintai dan mengasihi Ni Luh Canting, serta bertemu cinta didasari rasa kasih sayang yang suci. Namun karena ada pekerjaan yang sangat mendesak serta didatangi oleh warga desa-desa lain untuk memberikan pelajaran pengetahuan keagamaan, tergesa-gesa beliau meninggalkan Ni Luh Canting untuk melanjutkan perjalanan memberikan petuah kepada warga desa-desa lainnya.
Ni Luh Canting kemudian hamil, dan lama-kelamaan melahirkan seorang putra yang tampan, diberi nama Sira Agra Manik. Belakangan Sira Agra Manik kembali ke Besakih, sehubungan dengan pesan ayahandanya untuk menghaturkan Lawangan Agung.

Babad Manik Angkeran II

IDA BANG MANIK ANGKERAN
BERJUMPA DUKUH SAKTI BELATUNG

Kembali diceriterakan keberadaan Ida Bang Manik Angkeran di Besakih. Beliau membuat pasraman di sebelah Utara gua, sekitar 300 depa jaraknya dari Gua itu. pekerjaan beliau sehari-hari melaksanakan tapa brata yoga samadhi, serta menjaga kebersihan dan kesucian kawasan Pura Besakih. Tak sekalipun beliau lalai. Perilaku beliau berbeda benar jika dibandingkan dengan sebelum beliau wafat dibakar oleh Ida Bhatara Nagaraja. Beliau melaksanakan Kadharmaan, mengikuti ajaran dan perilaku seorang pendeta pura yang suci. Setiap hari beliau menggelar Surya Sewana, memuja Sanghyang Parama Wisesa.
Suatu ketika tatkala hari sukla paksa pananggalan menjelang purnama, beliau bermaksud untuk membersihkan diri dengan mandi di Toya Sah, Besakih. Setelah membersihkan diri, berkeinginan beliau berjalan-jalan meninjau kawasan Besakih. Lalu terlihat oleh beliau seorang Iaki-laki tua sedang bekerja di ladang, membersihkan padi gaga, membersihkan rumput dan menyiangi. Orang tua itu bernama Ki Dukuh Belatung yang demikian saktinya, namun tindak-tanduknya bagaikan anak kecil senang dipuji serta senang pamer. Baru dilihat seseorang datang ke tempat beliau dan menyaksikan beliau bekerja, keluarlah keisengannya untuk pamer, sengaja berhenti bekerja kemudian menaruh alat siangnya dan melompat duduk di atas alat itu seraya mengambil sirih dan melumatkan sirih itu di atas alat siang tadi.

Babad Manik Angkeran I

Om AWIGHNAMASTU NAMOSIDDHAM

Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar - besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi - Tuhan Yang Maha Esa serta Batara - Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.
Juga agar tidak terkena malapetaka dari Ida Sanghyang Saraswati. Semoga kami semuanya. serta keluarga dan keturunan kami mendapatkan keselamatan. kesejahteraan sampai kelak di kemudian hari di dunia ini.
Om Siddha rastu. Om Ksama sampurna ya namah swaha.
Sebagai pendahuluan ceritera, tersebutlah di kawasan Jawa, ada pendeta maha sakti bernama Danghyang Bajrasatwa. Ada putranya Iakilaki seorang bernama Danghyang Tanuhun atau Mpu Lampita, beliau memang pendeta Budha, memiliki kepandaian luar biasa serta bijaksana dan mahasakti seperti ayahnya Danghyang Bajrasatwa. Ida Danghyang Tanuhun berputra lima orang, dikenal dengan sebutan Panca Tirtha. Beliau Sang Panca Tirtha sangat terkenal keutamaan beliau semuanya.
Beliau yang sulung bernama Mpu Gnijaya. Beliau membuat pasraman di Gunung Lempuyang Madya, Bali Timur, datang di Bali pada tahun Isaka 971 atau tahun Masehi 1049. Beliaulah yang menurunkan Sang Sapta Resi - tujuh pendeta yang kemudian menurunkan keluarga besar Pasek di Bali. Adik beliau bernama Mpu Semeru, membangun pasraman di Besakih, turun ke Bali tahun Isaka 921, tahun Masehi 999. Beliau mengangkat putra yakni Mpu Kamareka atau Mpu Dryakah yang kemudian menurunkan keluarga Pasek Kayuselem. Yang nomor tiga bernama Mpu Ghana, membangun pasraman di Dasar Gelgel, Klungkung datang di Bali pada tahun Isaka 922 atau tahun Masehi 1000. Yang nomor empat, bernama Ida Empu Kuturan atau Mpu Rajakretha, datang di Bali tahun Isaka 923 atau tahun Masehi 1001, membangun pasraman di Silayukti, Teluk Padang atau Padangbai, Karangasem. Nomor lima bernama Ida Mpu Bharadah atau Mpu Pradah, menjadi pendeta kerajaan Prabu Airlangga di Kediri, Daha, Jawa Timur, berdiam di Lemah Tulis, Pajarakan, sekitar tahun Masehi 1000.

ASTA KOSALA dan ASTA BUMI.

Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan.
Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih.
Aturan tentang Asta Kosala dan Asta Bumi ditulis oleh Pendeta: Bhagawan Wiswakarma dan Bhagawan Panyarikan. Uraian mengenai Asta Kosala khusus untuk bangunan Padmasana telah dikemukakan pada bab: Hiasan Padmasana, Bentuk-bentuk Padmasana dan Letak Padmasana.
Asta Bumi menyangkut pembuatan Pura atau Sanggah Pamerajan adalah sebagai berikut:
1 Tujuan Asta Bumi adalah
a Memperoleh kesejahteraan dan kedamaian atas lindungan Hyang Widhi
b Mendapat vibrasi kesucian
c Menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi
2 Luas halaman
a Memanjang dari Timur ke Barat ukuran yang baik adalah: Panjang dalam ukuran "depa" (bentangan tangan lurus dari kiri ke kanan dari pimpinan/klian/Jro Mangku atau orang suci lainnya): 2,3,4,5,6,7,11,12,14,15,19. Lebar dalam ukuran depa: 1,2,3,4,5,6,7,11,12,14,15. Alternatif total luas dalam depa: 2x1,3x2, 4x3, 5x4, 6x5, 7x6, 11x7, 12x11, 14x12, 15x14, 19x15.
b Memanjang dari Utara ke Selatan ukuran yang baik adalah: Panjang dalam ukuran depa: 4,5,6,13,18. Lebar dalam ukuran depa: 5,6,13. Alternatif total luas dalam depa: 6x5, 13x6, 18x13
Jika halaman sangat luas, misalnya untuk membangun Padmasana kepentingan orang banyak seperti Pura Jagatnatha, dll. boleh menggunakan kelipatan dari alternatif yang tertinggi. Kelipatan itu: 3 kali, 5 kali, 7 kali, 9 kali dan 11 kali.
Misalnya untuk halaman yang memanjang dari Timur ke Barat, alternatif luas maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(19x15), 5x(19x15), 7x(19x15), 9x(19x15), 11x(19x15).
Untuk yang memanjang dari Utara ke Selatan, alternatif luas maksimum dalam kelipatan adalah: 3x(18x13), 5x(18x13), 7x(18x13), 9x(18x13), 11x(18x13).
HULU-TEBEN.
"Hulu" artinya arah yang utama, sedangkan "teben" artinya hilir atau arah berlawanan dengan hulu. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, ada dua patokan mengenai hulu yaitu