Selasa, 30 Oktober 2012

Aneka Banten


Om Swastyastu,
Kekayaan budaya Bali yang tiada tertandingi di dunia adalah aneka ragam hasil karya untuk menunjukkan cinta, hasrat dan hormat kepada Ida Hyang Widhi Wasa. Hasil karya ini tentu saja memerlukan keahlian, selera keindahan dan pengertian yang mendalam mengenai makna di balik simbol- simbol itu. Demikianlah cara leluhur mengajari orang Bali bagaimana mencintai Tuhan melalui karya indah yang penuh filsafat dan pengabdian. Oleh karena itu menyiapkan sesajen dilakukan bersama- sama lintas generasi. Yang tua mengajari yang muda, mengkritik, memberi saran, memberi nasehat, membimbing dan banyak lagi interaksi sosial dan spiritual yang terjadi dalam kegiatan ini. Indahnya Bali, eloknya budayanya dan kentalnya nuansa keindahan cinta, hormat dan bakti kepada Tuhan, kepada sesama, dan kepada lingkungan alam semesta.
Om Shanti, Shanti, Shanti... Om...
(Kelian Kelir)

1 Banten Upacara Dewa Yadnya
2 Banten Upacara Pitra Yadnya
3 Banten Upacara Manusa Yadnya
4 Banten Upacara Resi Yadnya
5 Banten Upacara Bhuta Yadnya
 Banten, sesuai dengan hakekatnya, sebagai sarana komunikasi spiritual, tentu saja terikat oleh Desa, Kala, Patra. Beberapa macam bebantenan dan unsur- unsur dalam website ini hanya petunjuk untuk meluaskan pengetahuan saja, yang dapat saja diubah dengan alasan yang jauh lebih luhur nilainya. Kalau yang diinginkan adalah ketentuan, maka mohon mencari informasi dari pemuka adat atau pemuka agama setempat.

 Mengenal macam istilah dan bentuk bebantenan yang umum.



Bedogan Tetandingan
Bedogan ini untuk dipakai dalam tetandingan:

  • Banten Pejrimpenan
  • Banten Pisang Matah, Banten Pisang Lebeng, untuk suci.
Bedogan Daksina yang umum
Bedogan Daksina Susun
Biasanya dipakai untuk linggih Ida Betara yang dihias-hias
Bedogan Pregembal
Tinggi 30-35 cm, Garis tengah 30 cm
Dasar sebagai tamas kemudian diberi srobong dari potongan slepan sepanjang 60 cm yang dilipat dua lalu pada lipatan itu dilipat lagi ke dalam agar ujungnya kelihatan berbentuk runcing.

Bedogan Pepletikan
Bedogan Pregembal tetapi diameternya lebih kecil, sedangkan tingginya lebih tinggi dari bedogan daksina.

Bedogan Sayut Agung
Dibubuhi 4 buah tangga janur yang dilipat ke atas. Ukurannya kira-kira sebesar bedogan daksina.
Bedogan Jejeg Urip
Bedogan Pregembal juga tetapi dapat berfungsi sendiri
misalnya pada caru. Sesuai dengan namanya, fungsinya adalah menegakkan urip / kehidupan. Di atasnya diberi hiasan, ditopang oleh empat paku pidpid dari janur. Bahan bedogannya tetap


Canang Gantal
Canang gantal bentuknya seperti canang genten hanya tubungannya yang berlainan yaitu : terdiri dari 7 buah lekesan. yang digabungkan menjadi satu dengan tali / janur / benang, atau boleh juga ditusuk dengan semat. Di atas tubungan tersebut baru diisi sampiyan uras metajuh dengan disusuni bunga- bunga dan kernbang rampai. Pinangnya ada di samping tubungan gantal tersebut.
Canang Tubungan
Canang inipun berdasarkan Canang genten hanya tubungannya diganti dengan dua buah tubungan bersilang yang lalu diikat dengan sirih pula. Boleh diisi kiping, pisang mas, tebu yang memberi nama canang tersebut adalah bentuk tubungannya.
  Canang Penggraos
Dasar Canang ini bersusun dengan alas canang berupa 2 buah taledan dari janur yang di plekir, dan dapat juga diisi satu Canang Sari dalam tamas yang besar.
Satu taledan berisi:
1. Satu kojong gambir
2. Satu kojong pinang
3. Satu kojong kapur
4. Satu kojong tembakau
5. Lembaran-lembaran sirih
Satu cepér rokok dan korek
Satu taledan lagi berisi bahan-bahan pesucian yaitu :
1. Sisig
2. Boreh miik
3. Minyak harum
4. Ambuh
5. Asern
6. Tirtha dalam takir
Di atas kedua taledan tersebut barulah disusuni sebuah canang sari yang besar, agar kernudian dengan harapan canang penggraos ini dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
  Canang Nyahnyah Gringsing
Nyahnyah gringsing adalah bahannya ketan dan ketan hitam yang dicampur lalu disangan kering, tetapi tidak hangus. Canang genten yang lengkap dengan kiping, biu mas, tebu, ditambah secelemik nyahnyah gringsing, lalu di atasnya sampiyan liras, boieh juga sampiyan uras sari bunga-bunga dan kernbang rampé. Dapat juga nyahnyah gringsing tersebut dibungkus dengan daun kraras agar tidak mudah berserakan.
  Canang Payasan
Alas canang payasan adalah sebuah ituk-ituk yang berisi plawa, sebuah porosan dan sampiyan payasan dengan bunga.
  Canang Meraka
Alasnya dapat juga sebuah cepér yang diisi tebu, pisang mas, kekiping, geti-geti, tubungan, seiris buah jeruk, lalu wadah parnor kernudian susun di atasnya sampiyan uras, boieh yang matajuh boieh
yang bundar. Ini merupakan canang meraka yang kecil, sebagai canang pekideh setiap hari rerahinan untuk di rumah. Namun canang meraka yang lebih besar, adalah merupakan suatu gebogan buah dan bunga yang disusun sedemikian indah di atas dulang dengan sampiyan yang disebut sampiyan Cili, yang biasanya dibuat sepasang gebogan untuk nampak lebih mantap dan meriahnya situasi upakara-upacara.


Ceper Bungkulan
Terbuat dari 1 daun kelapa utuh
Ceper Sibakan
Terbuat dari 1/2 lembar daun kelapa
Ceper Pabresihan Payasan
Berikut 7 clemik dan 1 tampelan
Ceper Danan
Ceper Sodan
tempat rerasmen


Clemik
Ituk - ituk
Kekojong
Tangkih
Tetampak


Daksina
Daksina adalah tapakan dari Hyang Widhi, dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga merupakan perwujudan-Nya. Daksina juga merupakan buah daripada yadnya. Hal ini dapat kita lihat pada berbagai upacara yang besar, di mana kita lihat banyak sekali ada daksina. Kalau kita lihat fungsi daksina yang diberikan kepada yang muput karya (Pedanda atau Pemangku), sepertinya daksina tersebut sebagai ucapan tanda "terima kasih" kepada sekala-niskala. Begitu pula kalau daksina itu kita haturkan kehadapan Hyang Widhi sebagai pelengkap aturan kita dan sembah sujud kita atas semua karunia-Nva.
Tempat untuk daksina disebut bedogan atau clekontong. Pada dasar daksina diisi tetampak dari janur sebagai tanda Swastika, yang mempunyai makna semoga baik, juga sebagai dasar dari pengider. Ke atas menuju Ida Sang Hyang Widhi dan ke samping menuju arah kehidupan alam sekitar, tetampak dibubuhi beras sejumput. Di atas beras diletakkan sebutir kelapa yang telah dikupas halus tempurungnya, dihilangkan sabutnya.
Bahan pokok pengisi daksina
1. Pesel-peselan.
2. Gegantusan.
3. Sebutir telur.
4. Satu tampelan.
5. Satu kojong lagi diisi irisan pisang mas dan tebu.
6. Benang tukelan putih di atas kelapa.

  Daksina Alit
Isinya adalah satu porsi dari masing- masing unsur, banyak sekali dipergunakan, baik sebagai pelengkap banten yang lain, maupun berdiri sendiri sebagai banten tunggal.
  Daksina Pekala-kalaan
Isi daksina dilipatkan dua kali dengan ditambah dua tingkih dan dua pangi. Digunakan pada waktu ada perkawinan dan untuk upacara bayi / membuat peminyak-penyepihan.
  Daksina Krepa
Daksina yang isinya dilipatkan tiga kali. Kegunaannya lebih jarang, kecuali ada penebusan oton / menurut petunjuk rohaniwan atau sesuai petunjuk lontar khusus misalnya guna penebusan oton atau mebaya oton.
Base Ambungan
Daksina Gede atau
Daksina Galakan atau
Pemopog

Isinya dilipatkan 5 (lima) kali, juga dilengkapi dengan tetandingan-tetandingan yang lain yaitu:
Dasar tempat daksina sebuah sok yang berisi srobong dan pada dasarnya diberi tetampak taledan bundar. Masukkan :
  • 5 x coblong beras
  • 5 butir kelapa yang di atasnya berisi benang putih tukelan kecil
  • 5 kojong tampelan letakkan berkeliling
  • 5 kojong pesel-peselan
  • 5 kojong gegantusan
  • 5 kojong tebu
  • 5 kojong pisang
  • 1 cepér berisi 5 buah pangi
  • 5 buah kemiri (tingkih)
  • 1 cepér berisi 5 butir telur bébék
    Sampiyannya : basé ambungan (kekojong dari janur berisi basé lembaran dan sampiyan sreyok - lihat gambar sebelah)


Lis Amuan Amuan

Satu set (soroh) lis amuan- amuan terdiri dari:
Tipat sesapi pusuh
Sangkariga
Lawat buah
Lilit linting
Basang wayah
Basang nguda
Jan
Ati
Tangga
Tetuasan


Lis Gede

Sebuah lis gedé dapat juga dijadikan sebuah Pering, bedanya lis gedé atau lis dedeg dapat dibuat dari slepan atau janur, sedangkan Pering harus dibuat dari ron. Untuk lis gedé atau Pering isinya harus dibuat satu persatu tidak boleh digabung seperti lis amuan-amuan, sehingga jumlah
lis gedé menjadi besar, yaitu sampai 32 (tigapuluh dua) buah
yaitu:
  • Lilit Linting
  • Lawat buah
  • Tangkariga (tangkar dan iga-iga)
  • Tipat pusuh
  • Tipat sesapi
  • Medon
  • Mebuah
  • Basang wayah
  • Basang nguda
  • Jan
  • Tulung + Srigegulung + Sampat
  • Bakang-Bakang
  • Ati Padma
  • Tangga menek + tangga tuwun
  • Sesuud:
    Sesuud adalah sebuah tangkih yang didalamnya berisi 3 buah tipat yang ditusuk menjadi satu yaitu : tipat lelasan, diapit oleh tipat luh dan tipat muani.
  • Kayu tulak
  • Kayu selasih
  • Beringin
  • Ancak
  • Laad + Sumbah + Siku + Ntud + Kukun kambing
  • Uang bolong 2 képéng
  • Sasap + daun dadap
  • Tedung
  • Takep jït lis
  • Kamen
lilit linting
lawat buah
tangkar iga
tipat pusuh
tipat sesapi
medon
mebuah
basang wayah
basang nguda
jan
tulung + srigegulung + sampat
bakang- bakang
ati padma
tangga menek+ tangga tuwun
sesuud
kayu tulak
kayu selasih
beringin
ancak
laad + sumbah + siku + ntud + kukun kambing
uang bolong 2 kepeng
sasap + daun dadap
tedung
takep jit lis

 Penyeneng
Penyeneng Teenan
Penyeneng teenan sering dipergunakan pada banten- banten kecil, kadang- kadang disebut bebuat. Penyeneng ini juga diperlukan untuk melengkapi banten sambutan, dan dipasang pada periuk yang pantatnya pecah, dalam mecaru
Penyeneng Biasa
Sering dipakai pada banten- banten yang lebih besar, misalnya pada banten sayut pengambïyan, pada banten dapetan, dan pada banten penyeneng dengan 3 buah tumpeng. Juga sebagai pelengkap tetandingan pada banten- banten lain misalnya : prayascita, pengulapan, durmengala dan sebagainya
Penyeneng biasa antara lain terdiri dari:
1. Dasarnya, sampiyan nagasari
2. Unteng, tetuasan penyeneng
3. 3 buah kekuwung

Penyeneng Terag / Gede
Antara lain terdiri dari:
  • dasar sampiyan sreyok
  • dasar sampiyan pengambiyan.
  • 3 batang kekuwung
  • TetuasanAti
  • Tetuasan paku pidpid
  • Tetuasanan cemara
  • Tetuasan kepundung
  • Tetuasan cempaka
  • Tetuasan bungan isén.


Peras - Tulung - Sayut  
 
Banten vang amat sering dipakai untuk mengisi banten-banten yang besar adalah: Banten Peras, Tulung dan Sayut. Ketiganya tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lain, maka jauh sebelum dipergunakan, perlengkapan jejahitan tersebut sudah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan. Banten tersebut merupakan satu kumpulan atau disebut satu soroh. Sama pentingnya dengan pabresihan payasan.
Adapun bagian-bagiannya yaitu:

  • Danan -1 cepér berisi 2 buah clemik
  • Sayut -1 ituk-ituk yang berisi 1 buah limas
  • Tulung - 1 ituk-ituk yang berisi 3 buah tulung
Ketiga unsur itu secara lengkap biasanya diikat agar tidak terpisah-pisah secara tidak sengaja.
 
 
 
1 ceper + 2 clemik
disebut danan
 
1 ituk ituk + 1 limas
disebut sayut
     
1 ituk ituk + 3 tulung
disebut tulung

 Sampiyan
Sampiyan Uras Metajuh
Sampiyan Uras Sari
Sampiyan Payasan
Sampiyan Plaus
Sampiyan Jerimpen
Sampiyan Pusung
Sampiyan Nagasari


Sangaurip

Sangaurip merupakan perlambang tubuh manusia karena didalamnya mengandung simbol- simbol dari jantung (tipat sesapi pusuh), dada (sangkar-iga), hati, perut, usus, dsb. Satu set (soroh) sangaurip terdiri dari:
Tipat sesapi pusuh
Sangkariga
Lawat buah
Lilit linting
Basang wayah
Basang nguda
Jan
Ati
Tangga
Tedung

 Srobongan
Sok Mesrobong
Biasanya untuk daksina gede, yang berisi lima butir kelapa
Tempeh Mesrobong
Paso Mesrobong
Tatakan Bebangkit
Untuk menggantungkan jajan- jajan cecacalan bebangkit. Tiang-tiangnya dapat dibuat dari batang tebu atau bugbug jaka, kernudian diberi srobong dari bahan ron atau slepan. Sebuah nyiru dipakai sebagai alas pijakan bebangkit.

 Taledan
Taledan
Taledan Alit
Taledan Gelar Sanga
Taledan Kawas
Taledan Ajengan
Taledan Bundar
Taledan Sesayut

 Taledan Pesucian
Taledan ini berisi:
  • Sisir
  • Kaca
  • Tampelan
  • Petat
  • 5 clemik
  • 1 takir
Sisir
Kaca
Tampelan
Petat
 

 Tamas
Tamas Canang
Tamas Suci
Tamas Sesayut
Tamas Sancak
Tamas Catur
dibuat dari rontal (daun tal)
tal = siwalan = Borassus Flabelliber LINN)

1 komentar:

Posting Komentar