Selasa, 20 November 2012

Sejarah Gambelan Bali

Perkembangan Karawitan Bali
Dalam periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini.

Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan keseluruh Bali, bahkan keluar daerah serta keluar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.

Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki gamelan. Banyak desa bahkan memiliki 2 - 3 barungan gamelan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan daripada barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama kalangan generasi muda.

Sabtu, 17 November 2012

PULAU BALI DAN KEKAYAAN BUDAYANYA

Pulau Bali adalah salah satu dari sekian banyak pulau-pulau di Indonesia yang mempunyai kekayaan budaya dan mampu memeliharanya walaupun era globalisasi dengan segala dampaknya menerjang dengan intensitas yang tinggi, namun Bali yang dijuluki surganya wisata itu, masyarakatnya tetap konsisten dengan budayanya sendiri yang sudah  diwariskan oleh nenek moyangnya dari berbagai generasi. Walaupun Pulau Bali dikunjungi oleh wisatawan dari dalam negeri maupun manca negara dimana tidak menutup kemungkinan terselipnya pola hidup barat disekitarnya, namun kehidupan masyarakat Bali dan kultur budayanya tak mengalami pergeseran. Beberapa kalangan mengatakan bahwa  Pulau Bali dikenal juga sebagai surganya pariwisata Indonesia bahkan para wisatawan manca negara dari belahan dunia manapun sudah mengenalnya, dari mulut ke mulut dan anehnya mereka lebih mengenal pulau bali daripada negara Indonesia. Dalam perspektif kepariwisataan Bali menawarkan banyak hal tentang dunia pariwisata dengan sarana dan prasarana memadai, bahkan fasiltas internationalpun tercermin dengan adanya fasilitas  bintang lima yang dikemas secara menarik hasil perpaduan konsep arsitektur modern dengan konsep lokal hindu yang bertebaran di berbagai macam titik strategis di Pulau Bali itu. Pernik-pernik pariwisata juga banyak dijumpai sepanjang tempat di daratan pulau dewata itu, mulai dari pakaian santai, perhiasan buatan lokal, kerajinan, barang antik dan artefak mudah dijumpai tempatnya. Perlengkapan kebutuhan akan fashion semacam berbahan kulit khususnya disenangi oleh kalanga muda, merupakan salah satu produk yang ditawarkan dengan segala sesuatunya mulai dari tas sampai ke jaket kulit, semua dengan harga yang luar biasa dan terjangkau semua kalangan. Bagi yang hobby berbasah-basahan dengan air laut, Pulau Bali memiliki kelas dunia scuba diving , snorkeling dan tempat olahraga pantai yang menarik. Ketika matahari terbenam para pengunjung pariwisatapun dimanjakan dengan keindahan pemandangn senja hari yaitu Tanah Lot, kemudian diteruskan dengan  makan malam yang romantis dibawah indahnya sinar rembulan atau menonton tarian api bali dan pertunjukan keramaian tangan dan suara oleh tarian kecak. Suasana pestapun   dapat digelar dengan berbagai macam warna komunitas budaya barat melalui bar, diskotik dan klub malam telah siap memanjakan pesta anda hingga matahari muncul di ufuk timur. Dari sini dapat dijabarkan bahwa Dunia pariwisata di Pulau Bali dengan segala kekayaan budayanya terbuka lebar tak terhalangkan oleh waktu dari mulai matahari terbit, pagi, siang dan sore serta menjelang senja bahkan sampai larut malampun denyut nadi pariwisata Bali,tetap berjalan dengan atmosfir kekhasannya dan ini membuktikan bahwa keberadaan Industri Pariwisata Bali tak dapat diragukan lagi.








* Pulau Bali dengan keragaman kekayaan budaya memposisikan Pulau bali sebagai surganya dunia pariwisata, tidak hanya dalam taraf nasional ditingkat internationalpun Pulau Bali berani menunjukkan eksistensinya sebagai rajanya  wisata Indonesia yang mampu menyedot wisatawan dunia *

 1. Profesi masyarakat Bali
Masyarakat pulau Bali, selain masyarakatnya berprofesi sebagai seniman yang terus berproduksi menghasilkan karya lukis atau patungnya kemudian diapresiasi melalui pameran, juga ada kesehariannya memproduksi kerajinan untuk cinderamata seperti kain batik, pakian santai kerajinan bambuatau kayu serta jenis lainnya. Sebagai pemandu pariwisatapun juga ada dan sebagian lagi menyelesaikan pekerjaannya

Referensi Kalo mau Berwisata di Bali

Selamat datang di Bali dan selamat datang di salah satu pulau paling artistik di dunia. Cukup hanya pada satu pulau kecil, begitu banyak tempat-tempat menarik yang bisa anda temukan. Kami akan membawa anda untuk menelusuri keindahan alam dan berbagai Pura yang luar biasa di Bali.
Tempat-tempat tersebut sangatlah bernilai untuk dikunjungi, karena kebanyakan dari tempat tersebut sangatlah mempesona, tenang dan cantik, dimana anda akan menyadari Bali sebagai tempat yang terbaik untuk dijelajahi. Anda memiliki setiap kesempatan untuk menikmati apa yang telah disepakati yaitu "Pulau Terbaik di Dunia" dan kami berharap anda mengambil kesempatan ini. Dapatkan panduan tujuan wisata dari kami, pergi dan jelajahi Bali.

Leak Bali : Lebih Jauh Tentang Ilmu Pangleakan Bali

Sama seperti halnya ilmu2 lain yang ada di jagat raya, di Bali juga terdapat 2 jenis ilmu yaitu ilmu putih (penengen) dan ilmu hitam (pangiwa). Ilmu hitam (pangiwa) sering juga disebut aji wegig/aji ugig. Adapun cara untuk mendapatkan ilmu tersebut bisa dengan cara membeli ataupun meminta (nunas) dan belajar di bawah pengawasan gurunya. Berikut kira2 cara untuk memperoleh ilmu hitam / pengleakan tersebut:

Untuk mendapatkan ilmu tersebut, harus mengadakan upacara yang disebut madewasraya. Apabila ingin menggunakan pangiwa, supaya dapat sakti dan manjur, mujarab dan digjaya, terlebih dahulu harus menyucikan diri. Setelah itu tatkala malam diadakannya madewasraya dahulu di kayangan pangulun setra (pura yang ada di dekat kuburan), memohon Paduka Betari Durga, memohon berkah. 
 http://nanoxx.files.wordpress.com/2012/01/leak-bali-full.jpg 
Adapun sarananya:
1. Daksina 1 buah
2. Uang kepeng sebanyak 17.000
3. Ketupat 2 kelan (1 kelan = 6 biji)
4. Arak & brem
5. Ketan hitam
6. Canang 11 biji

7. Canang tubungan, burat wangi lenga wangi, nyanyah (sangrai) gagringsingan, getih-getih (darah), dan biu mas (pisang kecil yang biasanya dipakai untuk membuat canang)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHNSWD_QbkCPSkJ4bfGPxDU-YEjxMrFiPGok1fm-FiQjM9MukiS8VNiU4QUAs9dpPe5cnSfal3iiaQRfoLp8Z7C5ENC59Dq8QCeA-Ix1B-tZiTlgxjOZAXyAlrPhNHND0gBvrv8_q1F5g/s1600/Daksina3.jpg
Daksina
http://i127.photobucket.com/albums/p159/blackinjpn/burat.jpg
Canang Burat Wangi
Kemudian sarana ini dipersembahkan secara niskala. Setelah itu bersila di depan paryangan, bersemadi dan tidak lupa dengan dupa menyan astanggi, heningkan batin. Kemudian ucapkan mantra:

"Om Ra Nini Batari Bagawati, turun ka Bali; ana wang mangkana; aminta kasih ring Paduka Batari, sira nunas turun ka mrecapada. Ana wang mangkana anunas kasaktian, manusa kabeh ring Bagawati, Sang Hyang Guru turun ka mrecapada. Ana wang manusa angawe Batara kabeh, turun ka Bali Sang Hyang Bagawati. Ana buta wilis, buta abang, ana buta jenar, ana buta ireng, ana buta amanca warna, mawak I Kalika, ya kautus antuk Batari Bagawati, teka welas asih ring awak sarinankune, pakulun Paduka Bagawati. Om Mam Am Om Mam, ana Paduka Batara Guru, teka welas asih, Bagawati manggih ring gedong kunci manik, teka welas asih ring awak sarinanku".

Barong : Simbol Penjaga Bali

Braahmaa srjayate lokam
Visnave paalakaa sthitam.
Rudretve sanharas ceva
Tri Murthi naama evaca.
(Bhuwana Kosa. III.78).


Maksudnya:
Batara Siwa menciptakan alam ini dengan wujud Dewa Brahma, dengan wujud Dewa Wisnu menjaga alam ini. Dengan wujud Dewa Rudra beliau mempralina alam ini. Itulah Dewa Tri Murti, tiga wujud itu hanya beda nama.

Dalam ajaran Hindu, Tuhan itu Esa hal ini dinyatakan dalam kitab Rgveda maupun kitab-kitab Sastra Hindu lainnya. Tuhan Yang Maha Esa itu memiliki kemahakuasaan yang tiada terbatas. Manusia hanya terbatas kemampuannya memahami kemahakuasaan Tuhan yang tiada terbatas itu.



http://farm1.staticflickr.com/181/454992251_8f25b73bbc_z.jpg
Besakih : Personifikasi Tri Murti
Misalnya Tuhan diyakini sebagai maha pencipta, maha pelindung dan maha pemralina. Tiga kemahakuasaan Tuhan itulah dalam kitab Bhuwana Kosa yang dikutip di atas disebut Brahma, Wisnu dan Rudra. Itulah yang disebut Tri Murti. Beliau itu satu hanya beda fungsi dan sebutan atau nama saja. Rudra ini juga disebut Iswara. Dalam Bhuwana Kosa tersebut Tuhan disebut Siwa. Sebagai pemralina atau melenyapkan sesuatu yang patut dilenyapkan Tuhan Siwa disebut Rudra atau Iswara.


Dalam Lontar Barong Swari ada dinyatakan bahwa di bumi ini manusia diserang oleh wabah yang sangat hebat. Dari utara bumi ini diserang oleh wabah yang disebut Gering Lumintu. Dari barat diserang oleh Gering Amancuh. Dari Selatan diserang oleh Gering Rug Bhuana. Dari timur diserang oleh Gering Utah Bayar. Serangan wabah ini membuat hidup manusia benar-benar sangat menderita. (Gering = wabah)

Mari belajar dari tokoh pewayangan, Sangut, Delem, Tualen

Bali selalu memberi inspirasi pada saya, keunikannya tak pernah habis untuk dikupas. Keseniannya tak kunjung mampu dipahami dalam satu roda kehidupan, salah satunya adalah seni wayang kulit Bali. Bagi para pecinta kesenian ini tentu tak asing lagi dengan karakter punakawannya.
Dalam pewayangan Bali, ada 4 karakter punakawan yg bisa menjadi renungan: 1) Tualen. 2) Merdah. 3) Sangut. 4) Delem. Mereka “mewakili” sikap miliaran manusia yang dirangkum ke dalam 4 gambaran umum.
  1. Tualen, dia “tidak tahu dirinya tahu”. Dia kontemplatif, murni bersandar pada batin, sederhana dan penuh kearifan. 
  2. Merdah, dia “tahu dirinya tahu”. Dia paham, berani dan penuh percaya diri. 
  3. Sangut, dia “tahu dirinya tidak tahu”. Dia tidak paham, namun bersikap menerima ketidakpahamannya, mengakui kelebihan orang lain, penuh pertimbangan. 
  4. Delem, dia “tidak tahu dirinya tidak tahu”. Dia tidak tahu tapi merasa tahu, dia tidak tahu tapi tidak menerima pengetahuan orang lain, angkuh dan congkak di depan orang-orang, dan dia tidak bisa mengukur diri. Percaya diri di tengah ketakpahaman. Angkuh dan pongah, merasa paling benar.
Dari para punakawan ini, sadar atau tak sadar, masyarakat Bali memetik sikap: Kita memilih berperan seperti siapa?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPmLe_AqVxUpTist3zn9l021HZyC3rBz3sNo54-ckTOTLY8l_pbyJmrdLYrvHK8i0o_B4rXAi4sgxsCJK9dT1hSW4y3syyZq6wbT3EAUge6W15ATsO53HcelyESoexPSzquf2yWQrCNE/s1600/wayang_1.jpg
Pertunjukan wayang kulit bali(karakter dalam gambar : Delem dan Sangut)
Setidaknya masyarakat Bali yang suka pewayangan akan malu bercermin pada Delem, yg selalu pongah dalam ketidaktahuannya. Minimal kita bisa merenung, kalau tidak tahu sebaiknya kita “tahu kalau kita tidak tahu”, ini sikap Sangut. Idealnya kita seperti Tualen, sekalipun ia paham dan tahu, dia tidak bersikap absolut
atau “tidak tahu dirinya tahu”; di sini seseorang dituntut menjadi arif sebab kenyataan dan kebenaran tidak berwujud tunggal, maka “selalu ada yang mungkin”.

Jumat, 16 November 2012

Filosofi Saput Poleng



Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beraneka ragam budaya dan tradisi masyarakat. Negara kita merupakan bangsa majemuk dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa. Kebhinekaan memang merupakan kekayaan dan sumber kekuatan bangsa, namun harus kita akui bahwa kebhinekaan juga mengandung kerawanan jika kita tidak pandai menjaganya. Sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia semenjak berabad-abad yang lalu, bangsa kita pernah menjadi kelinci percobaan penjajah yang dengan mudahnya di adu domba. Dengan beragamnya dimensi sosial yang ada dan tumbuh berkembang di masyarakat menyebabkan semakin lebarnya jurang pemisah di antara segenap insan sosial. Akankah hal ini terulang kembali? Tentunya tidak bukan! Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa melepaskan komunikasi dan hubungan pergaulan terhadap sesama. Pada tatanan ini akan terjadi proses pembaruan yang tidak mungkin dihindari. Dipertegas lagi bahwa Hyang Widhi yang Maha Pencipta tidak pernah menciptakan sesuatu yang sama. Mahluk ciptaan-Nya berupa manusia diwarnai dengan kemajemukan. Terlihat dari warna kulit, ras, suku, golongan, bangsa, bahasa, dan agama. Seseorang yang beragama Hindu, misalnya pasti akan bergaul dengan pemeluk agama yang lain. Proses ini merupakan hal yang wajar dan alami. Interaksi plurastik terjadi dan dapat dipastikan semua agama mengakuinya.

Dewasa ini kehidupan manusia dihadapkan pada permasalahan menyangkut hak asasi manusia, etnis, dan agama.. Kondisi ini menyebabkan panilaian terhadap manusia cenderung manganggap sesama manusia berbeda hanya karena perbedaan itu semua. Dalam hal ini kearifan umat Hindu menyodorkan solusi mencari jalan keluar memecahkan masalah tersebut.

Agar hipokrit (munafik sosial) kehidupan beragama tidak berlanjut, dituntut kesadaran semua pihak untuk dapat saling bertoleransi satu sama lain. Pendidikan merupakan faktor penting untuk menumbuhkan kesadaran itu. Mendidik dengan mengandalkan kata-kata saja tentu kurang menarik, karena itu diperlukan media pendidikan untuk menyampaikan pesan-pesan. Pesan dapat berupa nilai, yaitu suatu acuan yang digunakan untuk berpikir dan bertindak. Salah satu penerapannya ialah dengan memanfaatkan kearifan local dari falsafah Hindu yang ada di Bali, yaitu saput poleng sebagai medianya. Saput poleng adalah selembar kain bercorak kotak-kotak dengan warna putih dan hitam seperti papan catur. Menurut tradisi ada tiga jenis saput poleng, antara lain meliputi saput poleng saput Rwa Bhineda, saput poleng Sudhamala, dan saput poleng Tridatu. Saput poleng Rwa Bhineda berwarna putih dan hitam. Warna gelap (hitam) dan terang (putih) merupakan suatu cerminan dari dharma dan adharma. Saput poleng Sudhamala berwarna putih, hitam, dan abu. Abu sebagai peralihan dari warna hitam dan putih yang mengantarai keduanya. Artinya menyelaraskan simfoni dharma dan adharma. Saput poleng Tridatu berwarna putih, hitam, dan merah. Merah merupakan simbol rajas keenergikan, hitam adalah tamas (kemalasan) dan putih simbol satwam (kebijaksanaan, kebaikan).

"OMKARA" Panggilan Tuhan yang Pertama



  
Penempatan bangunan suci di kiri-kanan Kori Agung atau Candi Kurung di Pura Penataran Agung Besakih memiliki arti yang mahapenting dan utama dalam sistem pemujaan Hindu di Besakih. Karena dalam konsep Siwa Paksa, Tuhan dipuja dalam sebutan Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa sebagai jiwa agung alam semesta. Sebutan itu pun bersumber dari Omkara Mantra. Apa dan seperti apa filosofi upacara dan bentuk bangunan di pura itu?

Swami Dayananda Saraswati, pendiri Arya Samad di India, menyataan bahwa panggilan Tuhan yang pertama-tama dan yang tertua adalah dengan mengucapkan Omkara. Tuhan memang tanpa nama, tanpa rupa karena pada hakikatnya semuanya yang nyata ini adalah perwujudan Tuhan.

Artinya apa pun yang ada ini sesung guhnya adalah ciptaan Tuhan. Karena tidak bernama maka manusia ciptaan Tuhan diteladani oleh para resinya memanjatkan doa pujian pada Tuhan dengan ucapan Omkara.

Tuhan pada hakikatnya mahatahu. Pengucapan Omkara sebagai media pemanggilan Tuhan bukanlah untuk Tuhan, tetapi untuk mereka yang memanggil Tuhan agar merasa bahwa Tuhan sudah mereka puja dengan pengucapan Omkara tersebut. Saat manusia berniat saja untuk memanggil-Nya, Tuhan sudah mahatahu sebelumnya.

Doa Sehari - hari Umat Hindu



Doa Sehari - hari Umat Hindu, Lazimnya tentulah dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum, misalnya, membuka rapat/ pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan memegang buku. Mantram atau doa ini ejaannya sedapat mungkin mengikuti bahasa Sansekerta justru untuk mendekati pengucapan. Setiap hurup bergaris kecil di atasnya, dibaca lebih panjang. Misal: à dibaca aa dan ù dibaca uu. Namun, huruf v (asli) sudah diganti w untuk mendekati cara bacanya.
 
Doa Menjelang Tidur
Om asato mà sat ganaya,
tamaso mà jayatir ganaya,

mrityor màmritam gamaya.


(Ya Tuhan tuntunlah hamba dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar, dari jalan gelap ke jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan abadi.)


Doa Bangun Pagi
Om
Utedànim bhagawantah syàmota
prapitwa uta mandhye ahnam

utodità maghawanta sùryasya wayam

dewànàm sumantau syàma.


(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.)


Doa Mencuci Muka
Om Cam camàni ya namah swàha.

Om
waktra parisudahaya namah swàha.

(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka hamba menjadi bersih.)


Doa Menggosok Gigi

Babad Arya Gajah Para



 

Sembah hamba ke hadapan Batara junjungan, daulat paduka leluhur yang telah menjadi batara, Engkau yang menganugerahi kehidupan (makanan) dan kebahagiaan, keberhasilan dalam segala kehendak, senantiasa bersemayam dalam perasaan dan pikiran, dipuja agar merestui, para bijak di lingkungan keluarga memohon untuk menyebarkan cerita ( sejarah ) ini, yang berkenaan dengan kewajiban seorang raja, menerangi dan menjadi contoh di dunia, akan diuraikan tentang silsilah keturunan oleh beliau junjungan utama yang telah sempurna. Pada awalnya dimulai. Selamat dan panjang usia, terhindar dari kutuk celaan fitnah bagaikan terkena racun, semoga terus dijunjung di dunia. Ya Tuhan semoga menemukan keberhasilan.
Selamat pada tahun Saka 530 yang telah lewat, bulan Cetra (sekitar Maret), hari ke-12 terang bulan, hari dalam sepekan Julung Pujut, pada saat itu titah paduka batara Maharaja Manu, tiba di pulau Jawa di Medangkamulan, di sana dipuja sebagai dewa, dan menjadi pelindung pertama di negeri itu.
Gurunam sobitah siyotah.
Sebabnya beliau turun, karena atas titah ayah beliau , Batara Guru, menitahkan untuk menegakkan dharma ( kebenaran ) di Medangkemulan, kemudian selesainya melaksanakan dharma beliau, beliau juga melakukan semadi, menghadap/ memuja Surya pada waktu mulai terbit. Hasil dari tapanya, beliau bagaikan dewa dalam alam nyata, oleh karena itu tidak ada yang menyamai di dunia, demikian selesai.

Taman loke turanjitah, stroteyam satya dharmmanam,
Sakyam wakbhitah krtti loke, bhuta bhawanam wancanam.
Karenanya tenteramlah negeri itu selama beliau dijunjung bagi beliau tidak ada yang melebihi selain darma, itulah sebabnya berhasil segala yang diucapkannya, Hyang Maharaja Manu juga memahami tentang kebatinan.
Jawanam mandawe swijah, dasantih bhujanggam tayah,
tasiyamnco ywanam prajah, haiwam santanam Wijnanah.
Entah berapa lama hyang Batara Maharaja Manu, bertahta menjadi pemimpin di sana, bagaikan dewa dalam kenyataan, beliau tetap mempertahankan kemuliaan, sampai ke seluruh negeri, disegani oleh rakyat maupun bangsawan, orang pertama dalam keturunan Manu, di kerajaan, Medangkamulan.
Awiji ekam sastito.
Awalnya beliau Maharaja Manu, menurunkan keturunan utama seorang laki-laki, bergelar Sri Jaya Langit. Adapun Sri Jaya langit, menurunkan Sri Wrttikandayun. Adapun Sri Wrttikandayun, menurunkan Sri Kameswara Paradewasikan. Adapun Sri Kameswara Paradewasikan, menurunkan Sri Dharmawangsa Teguh Ananta Wikrama Tungga Dewa, beliau sebagai pemimpin utama, perencana unggul, raja di antara para yogi dan penguasa tertinggi, menjabarkan tujuh formasi ilmu Sanskrit dalam tata bahasa, oleh dilampaui orang. Hasil karya Bagawan Byasa, digubah dalam palawakya, memahami seluk beluk cerita prosa dari Astadasa Parwa. Beliau bagaikan Raja yang unggul di dunia, pikiran beliau mengutamakan kebenaran, tidak diperdaya sebagai raja, menjaga daerah kekuasaan, mengutamakan kejujuran dan kesetiaan, sungguh beliau menjadi pelindung dunia.

B A B A D IDA PEDANDA SAKTI WAWU RAWUH (DWIJENDRA TATWA)





1 PENGERTIAN BABAD
Tradisi penulisan babad telah dimulai sekitar abad ke-16. jika kemudian kita berpikir bahwa masa kini merupakan perpanjangan masa lampau, maka perkembangan bangsa dan masyarakat pada masa kini semestinya dapat dipahami dan dikembangkan dengan memperhatikan latar historisnya (kehidupan masa lampau). Hal ini berarti bahwa perlu diperhatikan berbagai informasi masa lalu, misalnya tentang buah pikiran, pandangan, dan nilai-nilai yang pernah hidup dan berkembang pada masa lalu. Oleh karena itu babad mempunyai peranan penting. Sehubungan dengan itu, kiranya persoalan yang dihadapi adalah bagaimana cara kita memandang, memahami, dan memerankan babad pada kehidupan masa kini. Hal inilah menurut hemat saya perlu didiskusikan pada kesempatan ini.

A. APA ITU BABAD?
Istilah babad terdapat di Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Di daerah-daerah lain seperti sulawesi Selatan, babad disebut lontara; di Sumatera Barat dikenal dengan istilah Tambo; di Kalimantan, Sumatera, dan Malaysia dikenal dengan sebutan hikayat, silsilah, sejarah; di Burma dan Thailand dikenal dengan istilah kronikel (Soedarsono, 1985). Ada bermacam-macam pengertian babad. Menurut Danu Suprapta (1976), babad adalah salah satu jenis sastra sejarah berbahasa Jawa Baru yang penamaannya beraneka ragam, antara lain berdasarkan nama diri, nama geografi, nama peristiwa, atau yang lainnya. Sartono Kartodirdjo (1968) menjelaskan babad merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai suatu bentuk dari suatu kultur yang membentangkan
riwayat, dimana sifat-sifat dan tingkat kultur mempengaruhi bahkan menentukan bentuk itu sehingga historiografi selalu mencerminkan kultur yang menciptakannya. Menurut Soekmono (1973), babad merupakan cerita sejarah yang biasanya lebih berupa cerita daripada uraian sejarah meskipun yang menjadi pola adalah memang peristiwa sejarah. Teeuw (1984), menjelaskan babad sebagai teks-teks historik atau genealogik yang mengandung unsur-unsur sesusastraan. Demikianlah ada bermacam-macam pengertian babad. Akan tetapi, pada prinsipnya babad merupakan teks-teks historis yang dikemas dengan unsur-unsur kesusastraan.

13 Wanita Cantik Dalam Tokoh Pewayangan

Dalam rangka mengikuti event SERBA 13 yang diselenggarakan Kaskus. Kali ini saya akan membahas tentang tokoh pewayangan. Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.

Pada thread kali saya akan menampilkan tokoh pewayangan wanita yang paling terkenal dalam sejarah wayang kulit.
Get ready!

Quote:1. Dewi Sri

Quote:Dewi Sri adalah karakter wanita yang diutamakan dalam siklus Kosmogoni. Dia adalah Dewi Padi yang sangat dihormati oleh para petani. Masyarakat Jawa memiliki nama panggilan sendiri untuknya, yaitu Mbok Sri. Salah satu kebudayaan asli terhadap penghormatan Dewi Sri yang masih bertahan hingga sekarang adalah Upacara Wiwit/Miwiti. Upacara tersebut bertujuan untuk memohon berkah kepada Dewi Sri agar padi yang ditanam menjadi subur.

Kebo Iwa, Satria Bali, Patriot Nusantara…

Pura Gunung Kawi Bali, yang konon dibuat oleh Kebo Iwa
Di desa Bedahulu wilayah kabupaten Tabanan, Bali pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri. Mereka kaya, hanya saja mereka belum mempunyai anak. Bagi penduduk Bali pada masa itu, manusia yang belum mempunyai keturunan adalah manusia yang siasia hidupnya.

Suatu hari mereka pergi ke Pura Desa. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.

Bayi tersebut hendak disusui oleh ibunya, namun jarinya terus menunjuk ke arah sebuah nasi kukus. Bahwa nantinya anak ini akan menjadi tokoh besar, sudah nampak tanda- tandanya sejak dini.

Senin, 12 November 2012

Usadha Sari



Ong awighnam astu nama sidham
            Puniki usada sari sane pinaka ratun usada sane dahat utama, santukan pinaka genah pupulan rasa utama, sane mawasta Dhrma Usadha, Kalimasadha sami mawali ring Usadha Sari. Arang pisan manusa sane wyakti uning indik rasa Usadha Sari. Sakewanten wantah Sang Hyang Guru-reka, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Iswara, Sang Hyang Tiga-sakti sane prasida ngamel punika. Santukan Usadha Tiga, Rare Tiga, Rasa Tiga. 

SEJARAH PURA DALEM SIDHAKARYA BANTAS-PERAUPAN

Pada episode kali ini, tim ista dewata mengajak anda berdarma yatra ke Pura Dalem Sidhakarya Peraupan Denpasar. Pura Dalem Sidhakarya peraupan ini terletak di Desa Pakraman Peraupan, peguyangan kangin, kecamatan Denpasar utara.Secara letak atau administratif, Pura Dalem Sidhakarya peraupan terletak di lingkungan banjar bantas, jalan antasura gang batusari. Pada ketinggian tujuh meter dari permukaan laut. Pura ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor atau mobil, sekitar 4 kilometer dari pusat kota Denpasar.

Sejarah Pura Dalem Dalem Sidhakarya Peraupan Denpasar ini menceritakan kedatangan Patih Gajah dari Majapahit untuk menyerang Bali.
Diceritakan Si Arya Panji ingin pergi ke Den Bukit, yang diiringi Bendesa abian Tiing. Setibanya di Den Bukit, Arya Panji berpesan kepada warga Den Bukit agar siap siaga, karena musuh dari Majapahit sudah tiba di Bali, hutan yang di pergunakan sebagai tempat perunding ini dinamai Alas Panji.
Lalu Si Arya Panji kemudian bertolak ke selatan menuju Batur, di wilayah selatan Batur beliau berpesan kepada kerabatnya semua tentang keberadaan Pasukan Gajah Mada di Tianyar dan menuju Bukit Jimbaran. Di Pondok Bendesa abian Tiing tersebut kelak menjadi Desa Kutuh dan tempat Arya Panji menerangkan kedatangan musuh dari Majapahit, kelak akan menjadi Pura Nataran.

BABAD PURA DALEM BALI BATU KUUB LAN PURA DALEM SIDHAKARYA BALI


YEKI  BABAD PURA DALEM BALI BATU KUUB

Miyasa Sanghyang Pasupati, aneng gunung radja, tasak yogan Ida, kesabatan tiba maring luah, kekenaning watu, ketug linuh, udjan angin, kilap tatit, metu ong rare sangkaning watu, ireng rupan niya, ane wetu sangkaning didih. Putih rupan niyan rare, sakeng kane ngaran luah ika tukad lipak, yeka wong rare maka rua, a lila ulangun ring wana, rauh tengahin kenana, kepanggih antuk lembu, tuk ketakenin,, Dewa makakalih – sira Idewa kalih – sira I adji – sira I biyang – ngenika anake alit, ,, tiang ten uning ring ramerena,, - Didja purie – tiang tan uning ring umah, Matur I lembu, titiang uning pemangkan iratune, iratu puteran Sanghyang Pasupati ngaran Dalem Kembar, Dalem Putih, Dalem Selem, I ratu midjil sangkaning watu, uli mangkin ngaran Dalem Batu Putih, Dalem Batu Selem, Nanging ten dados sareng kalih madeg agung, wenang senunggal angamong rat, memeos wong rare kalih – Lembu – ane tjenang patut – among gumi lembu - , ngerawos I lembu ane wenang ngamong djagat, sane Selem, apan Selem meraga Wisnu, angawa dayuh ikang negara, aketo atur I Lembu, memaos anake alit, Lembu – Didja patut tiang nongos, meuwus I Lembu, Dening I Dewa peragan Watu, nika wenten batu mekelep, kesunarin antuk Surya, patut irika I ratu mekarya radjiya wastu ngaran batu mekelepan. Sapunika atur I Lembu, ring ong rare ireng. Moos ong rare ireng, Lembu -- ,, Suksma tiang, nanging teken tiang ring I Lembu, Didja I dewa megenah Lembu ,, -- matur I Lembu, ,, Genah titiang  ring alas kawengku antuk wana radja, ling wong rare, Lembu sakeng make ngaran, unguannya, taro apan Lembu ngetarang Dalem tiange matur I Lembu titiang tampi. I dewa mastu genah titiange, ngaran taro, titiang mastu genah punika, Dening iriki Dewa ketjuduk ring titiang, wokasan ngaran gumi Ketemu, amunika tiang ngerawos ring I dewa.

TAJEN.. NILAI SAKRAL VS JUDI

 
Bagi sebagian orang Bali tajen adalah bagian dari ritual adat budaya yang identik dengan tabuh rah harus dijaga dan dilestarikan, bagi sebagian orang Bali yang lain, tajen merupakan bentuk perjudian yang harus dihapuskan, karena dianggap tidak sesuai dengan norma-norma dalam agama Hindu-Bali itu sendiri.
Maraknya judi di seluruh pelosok Bali disebabkan bukanlah karena umat Hindu di Bali tidak taat beragama, tetapi karena tidak tahu bahwa judi itu dilarang dalam Agama. Judi khususnya tajen sudah mentradisi di Bali. Dampak negatif pariwisata dalam hal ini seolah-olah membenarkan tajen sebagai objek wisata antara lain terlihat dari banyaknya lukisan atau patung kayu yang menggambarkan dua ekor ayam sedang bertarung, atau gambaran seorang tua sedang mengelus-elus ayam kesayangannya. Berjudi juga sering menjadi simbol eksistensi kejantanan. Laki-laki yang tidak bisa bermain judi dianggap banci. Judi juga menjadi sarana pergaulan, mempererat tali kekeluargaan dalam satu Banjar. Oleh karena itu bila tidak turut berjudi dapat tersisih dari pergaulan, dianggap tidak bisa “menyama beraya”. Di zaman dahulu sering pula status sosial seseorang diukur dari banyaknya memiliki ayam aduan. Raja-raja Bali khusus menggaji seorang “Juru kurung” untuk merawat ayam aduannya. Ketidaktahuan atau awidya bahwa judi dilarang Agama Hindu antara lain karena pengetahuan agama terutama yang menyangkut Tattwa dan Susila kurang disebarkan ke masyarakat.

trunyan village keunikan bali

Salam treveling…
Melengkapi perjalanan wisata di bali, kali ini kami mengajak penggemar treveling melihat sisi lain Trunyan  yakni salah satu desa tua di Bali.

Untuk mencapai  Desa Trunyan,  kita akan terlebih dahulu melewati obyek wisata penelokan.  Dari ibu kota propinsi Bali akan menempuh jarak kurang lebih 65 km/ dan dari ibu kota bangli akan menempuh jarak 23 km.Dari Penelokan, anda dapat memandang  indahnya danau  Batur.  Terkadang terlihat perahu boat saat melayani wisatawan dalam setiap penyebrangan dari desa Kedisan ke Desa Trunyan.
Penggemar treveling ,…..sesaat kita  juga dapat melepaskan pandangan ke alam sekitar melihat panorama  pegunungan dengan hembusan angin yang menyejukkan.
Sisa –sisa lahar yang membeku dan berwarna hitam yang tersebar merata hampir di seluruh kawasan menjadi suatu daya tarik bagi setiap pengunjung.
Sedangkan rute obyek yang dilalui, menghubungkan wisata Kawasan Batur dengan wisata Tampaksiring dan Pura Besakih.

KEUNIKAN KEHIDUPAN TRADISI MASYARAKAT ASLI BALI


Kehidupan masyarat asli Bali tercermin dari kehidupan masyarakatnya yang unik dan tidak terlepas dari adat istiadat budaya. Masyarakat yang ramah dengan pola kehidupan yang pluralisme dan tidak terlalu banyak aturan namun penuh kedamaian. Itulah yang membuat penulis tertarik untuk menggali informasi untuk dijadikan bahan tulisan pada blog ini.

Informasi yang penulis dapatkan dari Dayu (panglingan akrab) salah seorang rekan penulis yang berada di Bali, bahwa keunikan masyarakat Bali dapat dilihat dari garis keturunan derajat, yaitu Kasta Brahmana, Kasta Satria, atau Kasta Sudra.


HARI PURNAMA TILEM

 
Purnama dan Tilem adalah hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah dan karunia dari Hyang Widhi. Hari Purnama, sesuai dengan namanya, jatuh setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa). Sedangkan hari Tilem dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati (Krsna Paksa). Kedua hari suci ini dirayakan setiap 30 atau 29 hari sekali.

Pada hari Purnama dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Chandra, sedangkan pada hari Tilem dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Surya. Keduanya merupakan manifestasi dari Hyang Widhi yang berfungsi sebagai pelebur segala kekotoran (mala). Pada kedua hari ini hendaknya diadakan upacara persembahyangan dengan rangkaiannya berupa upakara yadnya.
Beberapa sloka yang berkaitan dengan hari Purnama dan Tilem dapat ditemui dalam Sundarigama yang mana disebutkan:

'Muah ana we utama parersikan nira Sanghyang Rwa Bhineda, makadi, Sanghyang Surya Candra, atita tunggal we ika Purnama mwang Tilem. Yan Purnama Sanghyang Wulan ayoga, yan ring Tilem Sanghyang Surya ayoga ring sumana ika, para purahita kabeh tekeng wang akawangannga sayogya ahening-hening jnana, ngaturang wangi-wangi, canang biasa ring sarwa Dewa pala keuannya ring sanggar, Parhyangan, matirtha gocara puspa wangi"

KAJENG KELIWON


 
HARI RAYA KAJENG KLIWON
Kajeng Kliwon is a reocccuring auspicious day for cleansing the mind and the direct environment of the house compound of negativity. At this day the Balinese Hindus meditate and pray to Siwa for support and protection with special offerings.

 

Kajeng Kliwon

Upacara Kajeng Kliwon diperingati setiap 15 hari sekali yaitu pada saat pertemuan Triwara Kajeng dengan Pancawara Kliwon. Kajeng Kliwon termasuk dalam upacara Dewa Yadnya, Dewa Yadnya sendiri mempunyai arti upacara korban suci/persembahan yang tulus ikhlaskepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan seluruh manifestasi- Nya.
Umat Hindu di Bali mempercayai Kajeng kliwon merupakan hari suci dan keramat yang harus diupacarai. Setiap 210 hari ada hari kajeng Kliwon khusus yang disebut Pemelastali atau Watugunung runtuh.
Kajeng kliwon  merupakan hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa yang diyakini pada hari tersebut Sang Hyang Siwa bersemadi. Pada hari kajeng kliwon umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen dan persembahan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi, sedangkan di tanah, sesajen dan persembahan dihaturkan kepada Sang Bhuta Bucari, Sang Kala Bhucari dan Sang Durgha Bucari.

Puja Trisandhya, Panca Sembah dan Istadewata


Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan — baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah — didahului dengan penyucian badan dan sarana persem-bahyangan. Urutannya sebagai berikut:
  1. Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini: Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
    Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan tiada noda.
  2. Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram: Om suddha màm swàha
    Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
    Lalu, posisi tangan di balik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:
    Om ati suddha màm swàha
    Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan

MANTRAM PANCA SEMBAH

 
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti di bawah ini:

Kamis, 01 November 2012

DOA UNTUK SAUDARA KAMI DI LAMPUNG BALINURAGA

 

KONFLIK AKIBATKAN 14 KORBAN JIWA, BALINURAGA VS AGOM LAMSEL


Kronologis Konflik Lampung Selatan, yang mengakibatkan pengerusakan parah terhdap pemukiman warga transmigrasi asal Bali, di Desa Bali Nuraga, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan. dan korban meninggal dunia sebanyak 14 orang (4 orang warga Lampung, 10 orang warga masyrakat Bali)

Penyebab Konflik adalah FITNAH kepada warga masyarakat Bali yang dilakukan oleh oknum warga masyarakat Lampung.


---
Kronologis kejadian : Pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB telah terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan Lintas Way Arong Desa Sidorejo (Patok) Lampung Selatan antara sepeda ontel yang dikendarai oleh suku Bali di tabrak oleh sepeda motor yang dikendarai An. Nurdiana Dewi, 17 tahun, (warga Desa Agom Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan berboncengan dengan Eni, 16 Th, (warga desa Negri Pandan Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan).
Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah memegang dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa Bali Nuraga Kec. Way Pani. Akibat penyerangan tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian dan kelontongan terbakar milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta.

PENCURI BUNGA KAMBOJA BERTEMU CELULUK

Baru- baru ini terjadi cerita lucu di kalangan masyarakat bali, khususnya di kabupaten gianyar, berita ini menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat. namun untuk kebenarannya agar di koordinasikan langsung aja ke TKP..