Minggu, 27 Januari 2013

Pray for Sumbawa BENTROK ANTAR ETNIS: BALI vs SUMBAWA DI NTB


 
 Sumbawa : Bentrok antara etnis Bali dan etnis Samawa atau Sumbawa terjadi Selasa (22/1/2013) siang di kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat. Sejumlah rumah dan mobil milik etnis Bali pun dibakar warga Sumbawa.

Hingga petang ini kerusuhan yang terjadi di dalam kota Sumbawa Besar, di sekitar Jalan Tambora dan Jalan Baru, Kabupaten Sumbawa, masih berlangsung. Ribuan warga etnis Samawa atau Sumbawa melakukan sweeping terhadap rumah-rumah dan mobil-mobil etnis Bali yang berada di sepanjang jalan kota Sumbawa Besar.

Kerusuhan itu berawal dari adanya informasi meninggalnya seorang gadis etnis Sumbawa dengan tubuh penuh luka lebam dan pakaian dalam robek. Namun saat keluarga korban melaporkan hal tersebut ke Mapolres Sumbawa, pihak kepolisian justru menyatakan gadis tersebut tewas akibat kecelakaan, sementara keluarga korban mengaku anak gadisnya ini berpacaran dengan seorang anggota polisi dari etnis Bali.

Akibatnya, siang tadi warga melakukan aksi unjuk rasa di depan Mapolres Sumbawa Besar, namun karena jawaban dari pihak kepolisian tetap sama, warga akhirnya melakukan pengrusakan dan pembakaran di sepanjang Jalan Baru dan Jalan Tambora yang letaknya tak jauh dari Mapolres Sumbawa Besar.
Polda Nusa Tenggara Barat mengklarifikasi pemicu kerusuhan di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa. Kerusuhan tersebut terjadi karena kasus kecelakaan, bukan pembunuhan.

"Jadi, kasus yang sebenarnya itu kecelakaan lalu lintas, bukan pembunuhan atau apa pun yang diisukan. Ini fakta yang sebenarnya," kata Kabid Humas Polda NTB AKBP Sukarman Husein seperti dikutip dari Antara, Rabu (23/1).

Surkarman mengatakan, kejadian sebenarnya adalah kecelakaan lalu lintas pada Sabtu 19 Januari 2013 sekitar pukul 23.00 Wita di jalan raya jurusan Sumbawa-Kanar kilometer 15-16 di dekat tambak udang Dusun Empang, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa. Kronologi kejadiannya yakni sepeda motor Yamaha Mio DK 5861 WY melaju dari arah Kanar menuju arah Sumbawa, dan ketika tiba di dekat tambak udang itu, kendaraan selip, dan terjatuh ke kanan jalan.

Akibat kecelakaan tersebut, pengendara sepeda motor yakni anggota Polri Brigader I Gede Eka Swarjana (21) yang membonceng Arniati (30) jatuh. Arniati kemudian tewas dalam kecelakaan tersebut.

"Penyidik sudah memeriksa saksi-saksi, antara lain I Wayan Merta Astika dan Arahman terkait kecelakaan lalu lintas itu," ujarnya.

Dengan demikian, kata Sukarman, kematian wanita tersebut akibat kecelakaan lalu lintas, dan kebetulan pengendara sepeda motor yang anggota Polri itu beragama Hindu, dan wanita yang diboncengnya merupakan pacarnya beragama Islam. Namun, beredar beragam isu yang memicu amarah sanak keluarga korban kecelakaan lalu lintas tersebut, dan warga lainnya di Kabupaten Sumbawa, sehingga dilakukan unjuk rasa berujung tindakan anarkis.

Menurut catatan kepolisian, selain melempar Pura dan membakar kendaraan, juga merusak harta milik warga lainnya yang beragama Hindu.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Bupati Sumbawa, dan Brimob dari Sumbawa Barat dan Dompu untuk mengamankan situasi agar kembali kondusif," ujarnya.

Saat kerusuhan, sekitar 500 orang warga melakukan penyerangan secara spontan terhadap permukiman tertentu di Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB, yang dipicu oleh isu bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA). Pada Selasa, sekitar pukul 13.30 Wita, massa melakukan aksi penyerangan sejumlah tempat ibadah agama tertentu dirusakkan massa yang termakan isu.

Rumah dan toko pun di beberapa lokasi menjadi sasaran amukan warga, hingga beberapa rumah yang dihuni komunitas tertentu dibakar massa, dan sejumlah kendaraan juga dirusakkan massa yang terbakar emosi. Aksi penyerangan itu, bermula dari unjuk rasa yang dilakukan sekitar 200 orang di jalan Yos Sudarso, Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, sekitar pukul 13.00 Wita.

Pengunjuk rasa didominasi oleh sanak keluarga dari Arniati, wanita yang dinyatakan tewas pada malam Minggu lalu, yang dilaporkan akibat kecelakaan lalu lintas, namun sanak keluarganya meragukan penyebab kematiannya, karena di tubuh korban ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Sebelum dinyatakan tewas, Arniati bersama pacarnya anggota polisi Brigadir I Gede Eka Swarjana, keluar bermalam Minggu, menggunakan sepeda motor dengan cara berboncengan. Sanak keluarga Arniati mencurigai wanita muda itu dibunuh, bukan kecelakaan lalu lintas, dan kecurigaan itu berkembang menjadi amarah ketika semakin banyak isu yang beredar, antara lain isu menyebutkan hasil visum ditemukan tanda-tanda kekerasan dikait-kaitkan dengan kekerasan pada alat kelamin.

Sanak keluarga korban yang mendapat simpati dari warga lainnya, semakin marah ketika mendapat laporan dari pihak kepolisian kematian Arniati murni kecelakaan lalu lintas. Karena itu, pada Selasa (22/1) sanak keluarga korban dan warga lainnya jumlahnya lebih dari 200 orang menggelar unjuk rasa, sekaligus sebagai aksi protes terhadap pernyataan polisi yang menyatakan penyebab kematian tersebut murni kecelakaan lalu lintas.

Unjuk rasa itu berkembang menjadi aksi anarkis, sehingga hendak menyasar tempat ibadah tertentu, namun dihalau oleh aparat kepolisian yang dibantu satuan TNI. Sempat terjadi ketegangan hingga massa pengunjuk rasa nyaris bentrok dengan aparat keamanan, ketika polisi hendak menangkap seorang pengunjuk rasa yang dikenal dengan nama Slank yang diduga sebagai provokator aksi anarkis.

Massa sempat melempari batu dan benda keras lainnya ke arah tempat ibadah tersebut, hingga massa aksi jumlahnya terus bertambah hingga mencapai lebih dari 500 orang, melakukan pengerusakan dua tempat ibadah, serta merobohkan pintu gerbang. Massa kemudian bergerak ke lokasi lain, dan sekitar pukul 16.00 Wita, massa melakukan perusakan terhadap toko UD Dinasty milik Wayan Rantak, hingga mencuat aksi penjarahan barang dagangan.

Namun kondisi saat ini sudah kondusif. Warga masyarakat sudah kembali beraktivitas.
[has]

0 komentar:

Posting Komentar